Oleh: Mochammad Sayyidatthohirin*
Saat ini, problematika Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali melanda Indonesia, terutama kelangkaannya. Masalah ini berkali-kali melanda Indonesia, seperti pada tahun 2005, 2009, dan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah terjadi ketidakseimbangan (unbalance condition) antara kapasitas persediaan BBM (supply) dan tingkat konsumsi masyarakat (demand). Di satu sisi, persediaan BBM semakin menipis dan langka. Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat semakin meningkat. Padahal, BBM termasuk jenis energi yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Sehingga, mau tidak mau masyarakat harus hemat BBM. Di tambah lagi, harga minyak dunia semakin mahal, yaitu mencapai 120 dollar/barrel.
Akibatnya, krisis BBM melanda negeri ini. Biaya hidup pun menjadi mahal. Ironisnya, masalah tersebut seolah-olah menjadi momentum tahunan dan tradisi di Indonesia. Sehingga, tiap kali muncul isu krisis BBM rakyat menjadi panik dan cemas bagaikan mimpi buruk (nightmare). Lantas diikuti masyarakat yang berlomba-lomba menaikkan harga bahan kebutuhan sehari-hari karena khawatir produknya akan bangkrut. Sehingga hal itu semakin membebani rakyat terutama bagi kalangan menengah ke bawah.Saat ini, problematika Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali melanda Indonesia, terutama kelangkaannya. Masalah ini berkali-kali melanda Indonesia, seperti pada tahun 2005, 2009, dan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah terjadi ketidakseimbangan (unbalance condition) antara kapasitas persediaan BBM (supply) dan tingkat konsumsi masyarakat (demand). Di satu sisi, persediaan BBM semakin menipis dan langka. Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat semakin meningkat. Padahal, BBM termasuk jenis energi yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Sehingga, mau tidak mau masyarakat harus hemat BBM. Di tambah lagi, harga minyak dunia semakin mahal, yaitu mencapai 120 dollar/barrel.
Fenomena mengerikan itu terjadi karena bangsa Indonesia hanya bisa menyediakan minyak dan belum mampu mengolahnya sendiri. Akhirnya, Indonesia masih mengandalkan BBM impor dari luar negeri, meskipun awalnya minyak itu berasal dari Indonesia. Masalahnya, harga minyak di Indonesia cukup murah, lalu menjualnya ke luar negeri untuk diproses menjadi produk siap guna. Lalu, Indonesia harus membayar mahal untuk memperolehnya kembali. Bila itu terjadi hanya sekali atau dua kali, maka tidak menjadi masalah.
Namun, karena itu terjadi terus-menerus di negeri ini, maka negara ini sebenarnya sungguh dirugikan dan itu yang menjadi masalah besar bagi bangsa ini. Implikasiya, yang paling sengsara adalah rakyat menengah ke bawah. Sebab, mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kemampuan finansial pas-pasan, atau bahkan kurang. Maka, ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar yang bersifat harus segera dituntaskan oleh semua pihak, terutama pemerintah baru nanti. Apabila ini dibiarkan dan pemerintah tidak segera bertindak mencari solusi, maka tak heran jikalau nantinya kemiskinan, PHK, dan pengangguran akan marak dan meningkat sehingga menyebabkan banyaknya kerusuhan dan kriminalitas.
Padahal, Indonesia merupakan negara kaya dengan berbagai Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti BBM. Maka, kondisi ini menuntut pemerintah supaya segera mencari solusi brilliant. Yaitu sebagai wujud pengamalan substansi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 ayat 3 bahwa pemerintah harus mengoptimalkan kekayaan alam negeri ini demi kesejahteraan rakyat.
Untuk itu, penulis merekomendasikan biogas dijadikan sebagai alternatif pengganti BBM. Mengapa biogas? Karena BBM termasuk energi unrenewable (tidak dapat diperbarui), maka kita harus segera mencari solusinya dengan mencari energi renewable (dapat diperbarui). Dan biogas sangat tepat untuk dijadikan sebagai bahan alternatif pengganti BBM. Ini selaras dengan firman Allah dalam Surat al-Nahl: 5 mengenai pemanfaatan hewan ternak. Dalam konteks ini merupakan pemanfaatan tinjanya.
Perlu diketahui, bahwa teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan sehingga menhasilkan gas methan. Gas methan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas methan yang dihasilkan dapat dibakar sehingga menjadi energi panas.
Terlepas dari itu, sebenarnya penggunaan biogas bukan merupakan solusi baru karena telah lama ditemukan dan digunakan. Akan tetapi, di sini penulis ingin memperkuat dan mengingatkan pemerintah bahwa biogas bisa menjadi energi alternatif BBM untuk jangka panjang. Sesungguhnya, dahulu kala warga China, Mesir, Romawi kuno telah menggunakan biogas untuk menghasilkan energi panas. Selanjutnya, pada tahun 1776 Alessandro Volta menjadi orang pertama kali yang telah menemukan biogas bisa menghasilkan gas methan melalui proses fermentasi, sehingga bisa digunakan untuk bahan pembakar. Pada tahun 1806, Willam Henry menjadi orang pertama yang mengidentifikasi energi itu mengandung gas methan. Lalu, pada tahun 1868, Becham yang merupakan murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) menjadi orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Pada hakikatnya, alasan utama penulis merekomendasikan biogas sebagai energi alternatif pengganti BBM yaitu karena ketersediaan bahan energi biogas tergolong lebih banyak dan melimpah dari pada BBM, sehingga bisa digunakan dalam jangka panjang. Aspek ini menjadi paling urgen dalam menentukan suatu energi yang akan dijadikan sebagai alternatif pengganti BBM. Syarat mutlaknya adalah stok melimpah, mudah diperoleh, dan “aman”.
Logikanya adalah apabila persediaan bahan energi yang akan dijadikan sebagai pengganti BBM terbatas, bahkan sulit diperoleh atau dijangkau, maka itu sama saja menegakkan tali yang basah alias sia-sia. Sebab, tujuan utama mencari energi pengganti BBM adalah harus bersifat futuristik. Artinya bisa bertahan lama. Untuk bisa bertahan lama, maka harus dipastikan bahwa persediaan melimpah. Paling tidak bisa digunakan hingga setengah abad, atau bahkan seabad lebih. Maka, itu bias disebut energi yang layak menjadi pengganti BBM.
Selain itu, menurut para peneliti biogas, dengan mengoptimalkan biogas sebagai bahan bakar memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan dengan BBM. Pertama, mengurangi pemanasan global. Karena biogas tidak mengandung S dan CO2 sebagaimana BBM, maka biogas bersama dengan tumbuh-tumbuhan hijau akan mengurangi efek pemanasan global dari pada penggunaan BBM yang banyak menghasilkan S dan CO2 ketika setelah melewati proses pembakaran. Sehingga, bisa mengurangi udara kotor akibat pembakaran fosil.
Kedua, menguran pencemaran lingkungan. Sebab, bahan biogas berasal dari feses manusia dan hewan, serta sisa-sisa sampah organik yang diolah melalui proses fermentasi. Dengan begitu, maka kebersihan lingkungan akan terjaga dan pencemaran lingkungan akibat sampah-sampah itu akan terkurangi. Disamping itu, kandang hewan ternak pun akan menjadi bersih, aman dari polusi udara, dan sehat. Karena suatu penyakit hanya akan datang ke tempat-tempat yang kotor dan jorok.
Ketiga, memiliki daya bakar lebih baik dan berkualitas dari pada BBM atau kayu bakar, karena apinya berwarna biru serta tidak berjelaga. Maka, dengan begitu, proses memasak akan menjadi lebih cepat, hemat, dan sehat.
Keempat, aman. Maksudnya adalah biogas tidak akan meledak, sehingga tidak membahayakan keselematan pengguna. Itu karena tekanan biogas rendah, yaitu 1,001 atm. Ditambah biogas bisa digunakan di berbagai tempat, baik di dataran rendah, tinggi, maupun pegunungan. Sehingga, setiap orang bisa mendapatkannya asalkan tersedia bahan dan alat pemrosesnya.
Maka dari itu, pemerintah dan rakyat harus bersinergi dalam rangka penghematan BBM. Sebab, jika hanya satu pihak yang berperan, maka bagaikan menegakkan tali yang basah, alias sia-sia. Lagipula, kita juga belum mendapatkan bahan alternatif pengganti BBM secara pasti. Padahal, saat ini BBM merupakan kunci utama penentu kesejahteraan rakyat. Sebab, hampir seluruh aspek kehidupan bergantung pada BBM. Apabila BBM naik dan kita belum mendapatkankan penggantinya, maka hidup rakyat terutama kalangan menengah ke bawah akan menjadi berat karena mahalnya biaya hidup. Salah satu cara penghematan itu adalah dengan cara mengoptimalkan biogas supaya bisa menjadi bahan alternatif pengganti BBM. Sebab, dalam jangka pendek persediaan BBM akan habis. Maka, mau tidak mau kita harus segera mencari penggantinya. Dan biogas sangat tepat untuk dijadikan penggantinya.
Semoga, biogas bisa menjadi energi alternatif pengganti BBM di Indonesia sehingga menghilangkan kecemasan, kepanikan, dan kekhawatiran rakyat dan kesejahteraan rakyat terwujud. Wallahu a’lam bi al showab.
*Ketua Gerakan Peduli Sosial (GEPES), Mahasiswa Peraih Beasiswa Bidikmisi IAIN Walisongo Semarang.
Sumber: http://jambiekspres.co.id/berita-17945-biogas-sebagai-alternatif-bbm.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar