Noprizal, S.H.I. |
(Bermimpi menjadi Kontestan)
Oleh: Noprizal, S.H.I.*
Perhelatan akbar dan ajang bergengsi empat tahunan ‘’Piala Dunia’’ kini sudah berada di depan mata. Pada tanggal 12 Juni sampai 13 Juli 2014 kita akan dipertontonkan aksi-aksi heroik bintang sepakbola dari seluruh penjuru dunia.
Sebanyak 32 negera dipastikan akan menjadi kontestan turnamen sepakbola paling bergengsi di jagad raya ini. Brazil yang didaulat menjadi tuan rumah pada tahun 2014 ini dipastikan sudah siap 100 persen. Jika masih ada beberapa titik kelemahan, pelaksanaannya pun akan tetap digelar. Kekurangannya hanya akan dijadikan catatan untuk penyelenggara 4 tahun mendatang.Oleh: Noprizal, S.H.I.*
Perhelatan akbar dan ajang bergengsi empat tahunan ‘’Piala Dunia’’ kini sudah berada di depan mata. Pada tanggal 12 Juni sampai 13 Juli 2014 kita akan dipertontonkan aksi-aksi heroik bintang sepakbola dari seluruh penjuru dunia.
Saat ini, tidak bisa dipungkiri, popularitas sepakbola terus menanjak. Tidak memandang usia, dan tidak pula memandang jenis kelamin. Ajang empat tahunan ini akan kembali membuktikan bahwa sepakbola kini dinikmati oleh semua kalangan.
Sepekan menjelang kick off dilaksanakan, perbincangan terkait piala dunia akan mampu mengimbangi perdebatan hebat Pemilihan Presiden Indonesia, dan tidak tertutup kemungkinan akan mampu menjadi trending topic.
Para penikmat sepakbola tentunya sudah memiliki negara yang dijagokan. Negara-negara besar yang telah berkali-kali menjadi juara dunia dipastikan akan masih bertengger di urutan paling atas dari sisi jumlah pendukung. Meski hal itu tidak menjadi tolak ukur akan menjadi jawara atau tidak, minimal ada sisi positif lainnya yang didapatkan berkat dukungan dari pecinta sepabola di seluruh penjuru dunia.
Di Jambi saja misalnya, para pecinta sepakbola sudah mulai menyiapkan jersey-jersey negara yang didukungnya pada perhelatan akbar ini.
Para pedagangpun ketiban berkah Piala Dunia, lantaran jersey yang disediakan habis diserbu penikmat sepakbola sejati di Jambi.
Lahirnya Bintang Baru
Setiap perhelatan piala dunia, pasti muncul bintang sepakbola dunia baru. Bintang-bintang besar sepakbola saat ini adalah produk yang diburu oleh para pemilik klub sepakbola pasca digelar piala dunia. Maka tidak salah, Piala Dunia memiliki arti yang luar biasa, bukan hanya kalangan penikmat sepakbola, melainkan menjadi tumpuan perhatian pelaku industri sepakbola itu sendiri.
Bintang-bintang muda lapangan hijau akan beraksi menunjukkan skill individu dan kekompakan tim. Berawal dari sini, sejumlah negara asia seperti Jepang dan Korea Selatan berhasil melambungkan nama besar sejumlah pemainnya sehingga diincar oleh klub-klub besar di eropa. Sebut saja misalnya, Legenda Jepang, Hidetoshi Nakata yang telah malang melintang di klub-klub Seri A Liga Italia, kemudian saat ini juga ada nama Shinji Kagawa yang membela Manchester United, Park Ji Sung juga sempat bermain untuk Manchester United, Keisuka Honda bersinar bersama Ac Milan, dan selain itu tentu masih ada nama besar lainnya dari benua kuning yang saat ini tengah membela klub-klub papan atas di eropa, dan telah menjadi perhatian pecinta sepakbola.
Kapan Indonesia Jadi Kontestan?
Tentu sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu tidak ingin hanya menjadi penonton setia dari Piala Dunia ke Piala Dunia. Tekad yang bulat untuk menjadi kontestan harus ditanamkan dengan usaha maksimal dan diperhatikan secara serius.
Indonesia tidak boleh hanya ikut bangga dengan prestasi negara-negara Asia di ajang ini. Apalagi hanya menjadi pendukung setia negara-negara besar dari benua Eropa dan Amerika. Kita sudah sangat rindu untuk mengenakan jersey Indonesia di ajang Piala Dunia. Mimpi ini bukan mustahil untuk diwujudkan, asalkan target yang ditetapkan sejalan dengan usaha yang dilakukan.
Korea Selatan dan Jepang, merupakan dua negara yang melejit prestasinya di beberapa piala dunia akhir-akhir ini. Dua negara inipun sebelumnya berjuang keras untuk tampil di putaran final Piala Dunia ini. Berkat kerja kerasnya, sekarang sepakbola di negara itu sudah menjadi industri dan mampu mempengaruhi perekonomian warganya. Nama besar negaranyapun secara tidak langsung terangkat dari sejumlah pemainnya yang berlaga di pentas dunia.
Bukan hanya masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan putra-putra terbaik bangsa ini berlaga di piala dunia. Namun sejumlah bintang pemain sepakbola eropa pun selalu menyebutkan ingin menyaksikan Indonesia berlaga di Piala Dunia.
Mantan striker Manchester United, Dwight Yorke, yang berkesempatan mengunjungi Indonesia pada tur dunia piala dunia Januari lalu juga mengungkapkan hal serupa.
Dia mengharapkan Piala Dunia yang selalu menyambangi di Jakarta sejak tahun 2006 ini harus mampu menjadi inspirasi masyarakat Indonesia. Hal itu karena dirinya meyakini bahwa animo masyarakat Indonesia akan sepakbola sangat tinggi. Tentu harapan sejumlah bintang dunia lantaran menaruh rasa heran, kenapa bangsa yang besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, akan tetapi belum mampu berbuat banyak di dunia persepakbolaan.
Kekuatan negara Asia saat ini harus diwaspadai oleh negara besar sepakbola di eropa, karena tidak mustahil kekuatan besar dipacu dengan semangat yang sangat tinggi, akan membawa prestasi gemilang pada piala dunia kali ini. Lihat saja contohnya, Korea Selatan yang pernah menembus babak semifinal pada Piala Dunia 2002 yang lalu.
Siapa yang menduga Korea selatan bisa melaju ke semifinal? Dan siapa pula yang yakin Jepang, namun kala itu, dua negara ini mampu mengharumkan nama Asia.
Oleh karena itu, dengan menjamurnya Sekolah Sepak Bola (SSB) mulai dari daerah hingga ibukota, diharapkan mampu menjadi sarana untuk menyeleksi anak-anak berbakat untuk dibawa bergabung ke pusat pelatihan.
Turnamen yang digelar secara terus menerus juga harus dilaksanakan, agar mental tanding anak-anak Indonesia bisa diasah sejak dini, dan bintang muda diharapkan muncul.
Pemusatan pelatihan, seperti pengelompokan umur saat ini, Timnas U-23, U-19 dan kelompok usia lainnya dengan mencari bibit pemain hingga ke pelosok desa diyakini akan mampu membesarkan nama Indonesia di ajang sepakbola dunia. Saat ini saja, Indra Sjafri telah berhasil meracik kekuatan timnas U-19 menjadi tim yang sangat sangat padu dan tangguh.
Kita berharap, Indonesia yang disebut-sebut merupakan negara Asia paling pertama ikut pada perhelatan akbar dunia ini. Meski saat itu dengan menyandang status jajahan Belanda dan memakai nama Dutch East Indies. Diakui atau tidak, Lolosnya Indonesia ke Piala Dunia sejatinya lebih karena faktor keberuntungan. Karena terlibat perang Asia Timur di 1937, Jepang mengundurkan diri dari Piala Dunia. Timnas Indonesia pun langsung lolos ke babak final Piala Dunia di Prancis 1938, tanpa harus melewati babak kualifikasi. Sejarah itupun kemudian tertulis.
Sekarang kita sudah merdeka, tidak berada di bawah bayang-bayang negara lain, dengan penuh harap, bisa menyaksikan merah putih berlaga di Piala Dunia. Tidak ada yang mustahil bak pepatah mengatakan bahwa bola itu bundar, bisa menggelinding ke mana saja. Hasil akhir pertandingan juga bisa bergulir ke manapun mengikuti suratan takdir.
Kita tidak mau lagi menunggu terlalu lama untuk dapat menyaksikan Indonesia berlaga di Piala Dunia. Semoga.
*Penulis adalah anggota KDC dan Pelanta
Korea Selatan dan Jepang, merupakan dua negara yang melejit prestasinya di beberapa piala dunia akhir-akhir ini. Dua negara inipun sebelumnya berjuang keras untuk tampil di putaran final Piala Dunia ini. Berkat kerja kerasnya, sekarang sepakbola di negara itu sudah menjadi industri dan mampu mempengaruhi perekonomian warganya. Nama besar negaranyapun secara tidak langsung terangkat dari sejumlah pemainnya yang berlaga di pentas dunia.
Bukan hanya masyarakat Indonesia yang ingin menyaksikan putra-putra terbaik bangsa ini berlaga di piala dunia. Namun sejumlah bintang pemain sepakbola eropa pun selalu menyebutkan ingin menyaksikan Indonesia berlaga di Piala Dunia.
Mantan striker Manchester United, Dwight Yorke, yang berkesempatan mengunjungi Indonesia pada tur dunia piala dunia Januari lalu juga mengungkapkan hal serupa.
Dia mengharapkan Piala Dunia yang selalu menyambangi di Jakarta sejak tahun 2006 ini harus mampu menjadi inspirasi masyarakat Indonesia. Hal itu karena dirinya meyakini bahwa animo masyarakat Indonesia akan sepakbola sangat tinggi. Tentu harapan sejumlah bintang dunia lantaran menaruh rasa heran, kenapa bangsa yang besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, akan tetapi belum mampu berbuat banyak di dunia persepakbolaan.
Kekuatan negara Asia saat ini harus diwaspadai oleh negara besar sepakbola di eropa, karena tidak mustahil kekuatan besar dipacu dengan semangat yang sangat tinggi, akan membawa prestasi gemilang pada piala dunia kali ini. Lihat saja contohnya, Korea Selatan yang pernah menembus babak semifinal pada Piala Dunia 2002 yang lalu.
Siapa yang menduga Korea selatan bisa melaju ke semifinal? Dan siapa pula yang yakin Jepang, namun kala itu, dua negara ini mampu mengharumkan nama Asia.
Oleh karena itu, dengan menjamurnya Sekolah Sepak Bola (SSB) mulai dari daerah hingga ibukota, diharapkan mampu menjadi sarana untuk menyeleksi anak-anak berbakat untuk dibawa bergabung ke pusat pelatihan.
Turnamen yang digelar secara terus menerus juga harus dilaksanakan, agar mental tanding anak-anak Indonesia bisa diasah sejak dini, dan bintang muda diharapkan muncul.
Pemusatan pelatihan, seperti pengelompokan umur saat ini, Timnas U-23, U-19 dan kelompok usia lainnya dengan mencari bibit pemain hingga ke pelosok desa diyakini akan mampu membesarkan nama Indonesia di ajang sepakbola dunia. Saat ini saja, Indra Sjafri telah berhasil meracik kekuatan timnas U-19 menjadi tim yang sangat sangat padu dan tangguh.
Kita berharap, Indonesia yang disebut-sebut merupakan negara Asia paling pertama ikut pada perhelatan akbar dunia ini. Meski saat itu dengan menyandang status jajahan Belanda dan memakai nama Dutch East Indies. Diakui atau tidak, Lolosnya Indonesia ke Piala Dunia sejatinya lebih karena faktor keberuntungan. Karena terlibat perang Asia Timur di 1937, Jepang mengundurkan diri dari Piala Dunia. Timnas Indonesia pun langsung lolos ke babak final Piala Dunia di Prancis 1938, tanpa harus melewati babak kualifikasi. Sejarah itupun kemudian tertulis.
Sekarang kita sudah merdeka, tidak berada di bawah bayang-bayang negara lain, dengan penuh harap, bisa menyaksikan merah putih berlaga di Piala Dunia. Tidak ada yang mustahil bak pepatah mengatakan bahwa bola itu bundar, bisa menggelinding ke mana saja. Hasil akhir pertandingan juga bisa bergulir ke manapun mengikuti suratan takdir.
Kita tidak mau lagi menunggu terlalu lama untuk dapat menyaksikan Indonesia berlaga di Piala Dunia. Semoga.
*Penulis adalah anggota KDC dan Pelanta
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-piala-dunia-dan-indonesia_1.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar