Oleh: Subhi M.Harimurti*
Sejumlah lembaga penghitungan cepat (quick count) akhirnya mengumumkan hasil kerja mereka pada hari H pemilu kemarin, meski pengumuman itu sempat ditentang KPU (Jawa Pos, 5/4/2014, halaman 1). Beberapa lembaga penghitungan cepat tersebut bekerja sama dengan stasiun televisi untuk publikasi. Setidaknya ada tiga stasiun televisi yang dijadikan rujukan dalam analisis hasil penghitungan cepat itu.
Yakni, RCTI, Metro TV, dan TV One. Ketiganya dijadikan rujukan bukan karena kebetulan atau acak. Sebagaimana telah diketahui khalayak, RCTI identik dengan Partai Hanura. Metro TV dekat dengan Partai Nasdem. TV One sangat intim dengan Partai Golkar.Melihat latar belakang afiliasi tiga stasiun televisi tersebut, tentu bisa dijadikan bahan patokan apakah hasil penghitungan cepat mereka subjektif atau malah sebaliknya, objektif. Pembandingan hasil penghitungan cepat dari tiga stasiun televisi tersebut juga bisa melihat tingkat akurasi sesungguhnya.
Faktor kedekatan dan afiliasi masingmasing stasiun televisi tersebut ternyata tidak sepenuhnya berpengaruh pada objektivitas hasil penghitungan cepat. Semua rata-rata menyajikan hasil quick count yang sama. Hal itu menunjukkan bahwa penghitungan cepat memang betul-betul akurat dan objektif, berbeda dengan survei sebelum hari H pemilu yang cenderung memanjakan pihak yang mendanai.
Jika dirata-rata, dari hasil penghitungan cepat tiga stasiun televisi itu, PDIP keluar sebagai jawara Pemilu 2014 ini dengan 19,31 persen suara. Posisi runner-up diduduki Partai Golkar yang mendulang 14,67 persen suara, disusul Partai Gerindra (11,96 persen); Partai Demokrat (9,57); PKB (9,39); PAN (7,48); PPP (6,7); PKS (6,57); Partai Nasdem (6,56); Partai Hanura (5,4); PBB (1,41); dan PKPI yang menjadi juru kunci dengan 0,98 persen suara.
Faktor pemberitaan ARB beserta Partai Golkar di TV One serta Antv dinilai cukup ampuh dalam menggiring opini masyarakat sehingga kendaraan politik berlambang pohon beringin itu bertengger di posisi kedua.
Iklan yang sangat masif oleh Prabowo Subianto sukses mengatrol Partai Gerindra ke tangga nomor 3. Padahal, pada Pemilu 2009, partai yang didirikan pada 2008 tersebut hanya mendulang 4 persen suara. Badai korupsi yang menerpa Partai Demokrat serta absennya figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilihan presiden (pilpres) mendatang ditengarai menjadi penyebab utama melorotnya peringkat kendaraan politik berlambang Mercy tersebut.
Pengumuman pemenang konvensi calon presiden Partai Demokrat yang harus menunggu hasil pemilihan legislatif (pileg) merupakan hal yang disayangkan karena terlalu membuang waktu. Padahal, jika dipublikasikan sebelum pileg, mungkin suara Partai Demokrat bisa lebih baik. Sebab, mereka mempunyai beberapa peserta konvensi yang cukup mumpuni dalam mendongkrak suara partai seperti Dahlan Iskan (DI).Masuknya Rusdi Kirana, pemilik Lion Air, ke tubuh PKB terbukti sukses mendongkrak ke posisi kelima. Padahal, pada Pemilu 2009, PKB terlempar dari big five.
*Pemerhati politik dan alumnus prodi agama lintas budaya kajian Timteng SPs UGM.
Sumber: http://www.jambiupdate.com/artikel-membaca-hasil-hitung-cepat.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar