Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Senin, 14 April 2014

Membaca Hasil Hitung Cepat

Oleh: Subhi M.Harimurti* 
Sejumlah lembaga penghi­tungan cepat (quick count) akhirnya mengumumkan hasil kerja mereka pada hari H pemilu kemarin, meski pengumuman itu sempat ditentang KPU (Jawa Pos, 5/4/2014, halaman 1). Be­berapa lembaga penghitungan cepat tersebut bekerja sama dengan stasiun televisi untuk publikasi. Setidaknya ada tiga stasiun televisi yang dijadikan rujukan dalam analisis hasil penghitungan cepat itu.
Yakni, RCTI, Metro TV, dan TV One. Ketiganya dijadikan rujukan bukan karena kebetulan atau acak. Sebagaimana telah diketahui khalayak, RCTI identik dengan Partai Hanura. Metro TV dekat dengan Partai Nasdem. TV One sangat intim dengan Partai Golkar.

Melihat latar belakang afili­asi tiga stasiun televisi tersebut, tentu bisa dijadikan bahan pato­kan apakah hasil penghitungan cepat mereka subjektif atau malah sebaliknya, objektif. Pem­bandingan hasil penghitungan cepat dari tiga stasiun televisi tersebut juga bisa melihat tingkat akurasi sesungguhnya.

Faktor kedekatan dan afiliasi masingmasing stasiun televisi tersebut ternyata tidak sepenuh­nya berpengaruh pada objek­tivitas hasil penghitungan cepat. Semua rata-rata menyajikan hasil quick count yang sama. Hal itu menunjukkan bahwa penghitungan cepat memang betul-betul akurat dan objektif, berbeda dengan survei sebelum hari H pemilu yang cenderung memanjakan pihak yang men­danai.

Jika dirata-rata, dari hasil penghitungan cepat tiga stasiun televisi itu, PDIP keluar sebagai jawara Pemilu 2014 ini dengan 19,31 persen suara. Posisi run­ner-up diduduki Partai Golkar yang mendulang 14,67 persen suara, disusul Partai Gerindra (11,96 persen); Partai Demokrat (9,57); PKB (9,39); PAN (7,48); PPP (6,7); PKS (6,57); Partai Nasdem (6,56); Partai Hanura (5,4); PBB (1,41); dan PKPI yang menjadi juru kunci dengan 0,98 persen suara.

Keunggulan PDIP memang sudah diprediksi. Selain faktor mental juara karena pernah menang pada Pemilu 1999, pencitraan Jokowi sebagai figur yang bersih dinilai sukses men­gantarkan partai berlambang banteng moncong putih tersebut menduduki singgasana puncak. TV One beserta Lingkaran Survei Indonesia (LSI) cukup jujur dan objektif dalam melaksanakan penghitungan cepat. Artinya, tidak serta-merta memenangkan Partai Golkar di quick count, meski sta­siun televisi yang identik dengan warna merah tersebut adalah milik Aburizal Bakrie (ARB).

Faktor pemberitaan ARB beserta Partai Golkar di TV One serta Antv dinilai cukup ampuh dalam meng­giring opini masyarakat sehingga kendaraan politik berlambang pohon beringin itu bertengger di posisi kedua.

Iklan yang sangat masif oleh Prabowo Subianto sukses men­gatrol Partai Gerindra ke tangga nomor 3. Padahal, pada Pemilu 2009, partai yang didirikan pada 2008 tersebut hanya mendulang 4 persen suara. Badai korupsi yang menerpa Partai Demokrat serta absennya figur Susilo Bam­bang Yudhoyono (SBY) pada pemilihan presiden (pilpres) mendatang ditengarai menjadi penyebab utama melorotnya peringkat kendaraan politik ber­lambang Mercy tersebut.

Pengumuman pemenang konvensi calon presiden Partai Demokrat yang harus menunggu hasil pemilihan legislatif (pileg) merupakan hal yang disayang­kan karena terlalu membuang waktu. Padahal, jika dipublikasikan sebelum pileg, mungkin suara Partai Demokrat bisa lebih baik. Sebab, mereka mempunyai be­berapa peserta konvensi yang cukup mumpuni dalam men­dongkrak suara partai seperti Dahlan Iskan (DI).Masuknya Rusdi Kirana, pemi­lik Lion Air, ke tubuh PKB ter­bukti sukses mendongkrak ke posisi kelima. Padahal, pada Pemilu 2009, PKB terlempar dari big five.

*Pemerhati politik dan alum­nus prodi agama lintas bu­daya kajian Timteng SPs UGM.

Sumber: http://www.jambiupdate.com/artikel-membaca-hasil-hitung-cepat.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2