Oleh: Tridai Sefitri*
Jujur penulis sempat tertegun sesaat, karena selama ini tidak ada yang melarang atau menyatakan bid"ah peringatan maulid Nabi SAW. Baiklah itu adalah sepenggal kisah penulis tentang peringatan Maulid Nabi kita SAW. Tapi penulis sangat yakin di luar sana banyak sekali saudara-saudara kita yang juga mengalami persoalan yang sama, terkait bid’ah atau tidaknya memperingati kelahiran Rasulullah SAW.
Bagi yang membid’ahkan peringatan maulid nabi menurut penulis lebih kepada tidak adanya dalil syar’i yang menjelaskan peringatan maulid tersebut. Ditambah lagi pada masa sahabatpun tidak diperingatinya acara-acara semacam ini, apatah lagi pada masa Rasulullah itu sendiri.
Barang siapa merintis sesuatu yang baru dalam agama kita ini yang bukan berasal darinya maka ia tertolak”. (HR. Muslim). Sementara bagi yang pro menyatakan, sesuatu yang tidak dilakukan pada masa dahulu belum tentu bisa dikatakan bid’ah seratus persen, apalagi jika hal itu bisa mendatangkan banyak manfaat.
Sebagian besar kita sangat bergembira dengan peringatan Maulid Nabi SAW, bukan hanya karena pada hari itu akan menjadi hari libur nasional namun juga akan ada peringatan yang cukup meriah di berbagai masjid. Berbagai kegiatanpun diadakan oleh kalangan remaja masjid diantaranya : Lomba shalawat, fahmil qur’an, puisi dan sebagainya. Dan tak jarang dalam pelaksaan lomba-lomba semacam ini banyak sekali melanggar hal-hal yang tidak dibenarkan. Misalnya dalam perlombaan shalawat, jarang sekali kita menganalisi dengan benar, apakah shalawat itu baik untuk kita bawakan atau tidak. Karena tanpa kita sadari beberapa shalawat tersebut mengandung syirik. Salah satu shalawat yang sering kita dengar dan bawakan adalah shalawat Nariyah. Dalam shalawat ini banyak bagian-bagian mengandung pujian terlalu berlebihan kepada Rasulullah dan itu mengalahkan pujian kita kepada Allah SWT. Selain perlombaan, terkadang tak jarang diisi dengan tampilnya para ibu-ibu majlis ta’lim atau remaja putri di atas panggung atau di depan khalayak laki-laki. Dalam wujud yang sangat mempesona membelalakkan mata kaum pria. Jika terjadi fikiran tidak baik dalam diri laki-laki tersebut tentu kita sebagai wanita akan mendulang dosa. Alih-alih ingin meraih pahala dengan tampil membawa shalawat tapi malah sebaliknya.
Selain itu, sangat dikhawatirkan terjadinya ikhtilat, yakni bercampur baurnya antara laki-laki dan perempuan.
Tak kalah menyedihkannya lagi, pada saat sang ustadz sedang menyampaikan ceramahnya, sebagian ibu-ibu hanya heboh dengan obrolan mereka sendiri, hingga tak jarang sering kita dengar sang penceramah berkata “ Bu.., Bu…, oi Bu…!.”. Dan ini tentunya merupakan sebagian hal yang tidak dibenarkan dalam peringatan maulid nabi SAW.
Kembali ke persoalan beda pendapat. Hidup adalah pilihan hampir disetiap perkara selalu ada dua pilihan yang berbeda. Terjadinya perbedaan pendapat diantara para ulama dan fuqaha, tinggal kita secara bijak mencari dan menggali kembali kepada tuntunan kita yakni Al-qur’an dan Hadits. Penulis berharap, bagi saudara-saudara kita yang memperingati maulid nabi SAW hendaknya setiap kali mendengarkan ceramah atau tausiyah, terdapat kesan yang mendalam akan arti kenapa dilahirkannya Rasulullah kedua ini, apa suri teladan dari beliau yang benar-benar dapat kita amalkan.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu (yaitu) bagi orang yg mengharap (rahmat) Allah & (kedatangan) hari kiamat & dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)
*Mahasiswi PPS IAIN STS Jambi, Pendiri Rumah Baca Duku Anjabi (Dunia Buku Anak Jambi) Dosen STISIP NH.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar