Oleh: Abd Mukti, S. Ag.*
Salah satu kelemahan diplomasi negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia saat ini adalah kesalahan menetapkan siapa sahabat dan siapa musuh.Padahal ini sangat penting. Karena sikap kita terhadap musuh pasti berbeda terhadap sahabat. Musuh, seharusnya ya diperlakukan sebagai musuh : diwaspadai, dilawan, kalau perlu diperangi. Berbeda dengan sahabat.
Celakanya, hampir semua penguasa negeri Islam malah menganggap negara-negara musuh sebagai kawan bahkan dianggap sebagai sahabat. Negara-negara imperialis kafir seperti Amerika, Australia, Inggris, termasuk Cina dan lainnya yang jelas-jelas menjajah negeri Islam, merampok kekayaan negeri-negeri Islam, membunuh kaum Muslimin, masih dianggap sahabat.
Negara-negara imperialis ini masih diberi jalan mulus untuk menjajah alam negeri Islam, memerangi dan membunuh secara massal disebut sebagai sahabat ? Termasuk apakah bisa disebut sahabat, kalau mereka melakukan penyadapan terhadap penguasa negeri-negeri Islam? Apakah Australia yang menyadap Presiden SBY bisa disebut sahabat ?.
Sebagaimana yang diungkap harian Inggris The Guardian dan harian Australia The Sydney Morning Herald (18/11), Presiden SBY telah lama menjadi target penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD). Bukan hanya SBY, tapi juga ibu Negara Ani Yudhoyono, Wapres, Menko Perekonomian, Dubes RI untuk AS Dino Pati Djalal, Mantan Menkue RI yang kini menjabat Direktur Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, dan mantan Menpora Andi Malaranggeng turut disadap.
Tentu adalah sanggat bodoh kalau menganggap penyadapan ini hal yang biasa. Ketika ada tetangga yang mengintip rumah kita, melihat aurat keluarga kita, atau mencuri informasi dari pembicaraan kita, apakah tetangga seperti itu disebut sahabat ? Dalam Islam tetangga seperti itu harus dicolok matanya!
Deretan Dosa-dosa Australia Terhadap Indonesia
Australia sudah jelas-jelas melecehkan bangsa Indonesia. Sejak lama, negara besar yang berlokasi di Asia itu, memang punya sikap mental seperti sebagian negara barat. Sikap mental lebih hebat, lebih digdaya dan lebih besar dibanding negara-negara di Asia, apalagi dibanding Indonesia. Buat mereka, Indonesia adalah negara besar dan tetangga penting, sekaligus musuh terdekat. Sikap itu sudah kentara sejak lama, dan kali ini hanya sebagai pembuktian saja atas sikap lama mereka itu.
Setiap kali berganti pemerintahan, sikap Australia terhadap Indonesia tidak banyak berubah. Mereka hanya menganggap Indonesia sebagai negara ancaman, negara yang paling potensial mengganggu Australia. Mengatakan Indonesia sebagai partner terpenting hanya di bibir saja. Menyebut Indonesia sebagai negara sahabat, hanya rekayasa. Sikap asli pemerintah Australia, justru menganggap Indonesia sebagai negara yang paling harus diwaspadai di satu sisi, dan negara yang boleh “dilecehkan” pada sisi yang lain.
Sejak dulu Australia selalu bersikap negatif terhadap Indonesia. Benar, Australia mendukung Indonesia ketika lepas dari penjajahan Jepang dan Belanda, namun setelah itu mereka selalu memusuhi Indonesia. Misalnya tentang kebijakan pencari suaka. Indonesia seringkali tidak dianggap dan seringkali didikte. Musuh kan memang harus didikte, biar tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka kadang berbuat sesuka hati.
Lalu tentang kondisi Indonesia, Australia juga tidak sungkan-sungkan menerapkan travel warning perjalanan ke Indonesia. Padahal mereka tahu persis, Indonesia adalah negara yang amat luas, sedangkan ancaman keamanan hanya di daerah tertentu saja.
Ketika Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1960-an, Australia ikut campur dengan mendukung Malaysia. Mereka tidak suka dengan Indonesia. Demikian pula ketika terjadi konflik di Timor Timur, Australia adalah penyokong utama kemerdekaan Timor Timur yang kini menjadi Timor Leste. Demikian pula dalam hal kebijakan terhadap Papua, sampai sekarang Australia masih mencari cara bagaimana agar Papua bisa merdeka dari Indonesia. Mereka memberikan kebebasan dan fasilitas kepada aktivis Papua Merdeka melakukan kegiatan di Australia.
Daulah Muhariban Fi’lan
Disinilah Islam memberikan kriteria yang jelas dalam berdiplomasi. Terdapat negara yang disebut daulah muhariban fi’lan, yakni negara musuh yang nyata. Mereka ini adalah negara kafir yang terang-terangan memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Contohnya, seperti : AS,Australia, Inggris, Prancis, Rusia dan Cina.
Sedangkan daulah muhariban hukman adalah negara-negara kafir yang dihukumi sebagai musuh Islam dan kaum Muslimin, tetapi tidak secara terang-terangan melakukan permusuhan. Dihukumi demikian, karena mereka tidak terikat dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai dengan negeri-negeri Islam. Contohnya : Jepang, Korea Selatan.
Terakhir adalah daulah mu’ahadah, negara-negara yang terikat dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai dengan negara Islam. Negara seperti ini, sebenarnya termasuk dalam kategori muhariban hukman, terutama ketika masa perjanjiannya telah berakhir.
Sikap politik dasar negeri-negeri Islam terhsadap semua negara tadi pada dasarnya adalah “hubungan perang”. Meski secara riil, belum tentu berperang. Namun, sikap dasar ini penting untuk ditegaskan agar senantiasa muncul kesadaran dan kewaspadaan terhadap negara-negara tersebut. Dengan sikap dasar ini, maka strategi pertahanan dan keamanan negara bisa dibangun dengan tepat dan efektif.
Misalnya, ketika AS, Australia,Inggris,Prancis, Rusia,dan Cina ditetapkan sebagai negara kafir harbi fi’lan, berarti hubungan yang terjadi antara negara Islam atau negeri-negeri Muslim dengan mereka adalah hubungan perang, maka hubungan diplomatik antara kedua negara pasti tidak ada. Kedutaan mereka di negeri-negeri kaum Muslimin juga tidak ada.
Ketika ada warga negara mereka yang memasuki wilayah negeri-negeri Muslim, maka mereka ditetapkan sebagai musta’min (orang yang masuk dengan visa). Itupun dengan catatan, bahwa mereka masuk untuk belajar Islam, bukan yang lain. Jika mereka mata-mata, maka mereka bukan hanya wajib dideportasi, tetapi bisa juga dijatuhi hukuman mati. Inilah sikap Islam yang jelas.
Karena itu, kembali kita tegaskan, tidak diterapkannya syariah Islam dalam hubungan diplomatik negeri-negeri Islam, membuat kita menjadi negara pecundang. Sudah dirampok, dibunuh, masih menganggap perampok itu sebagai sahabat.Disamping itu, penguasa negeri Islam yang tidak berpegang pada izzal Islam adalah penguasa pembebek dan pengecut. Tidak bisa bertindak tegas terhadap musuh. Karena itu solusi ganti sistem dan ganti rezim dengan Khilafah Islam menjadi sangat penting! Mari kita berjuang bersama!
*Pemerhati Sosial Keagamaan
Tidak ada komentar :
Posting Komentar