Dari daftar calon anggota legislatif untuk DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten yang di umumkan KPU untuk ikut Pemilu tanggal 9 april 2014 nanti, banyak dihiasi oleh calon yang berasal dari generasi muda. Bagaimana potret pemuda yang menjadi calon anggota legislatif? Bagaimana budaya politik dan perilaku pemilih pada pemilu 2014 nanti ? Bagaimana kepelopora pemuda di pentas politik?
Potret Pemuda
Istilah orang muda, generasi muda dan pemuda adalah tiga konsep yang serupa tapi sama. Orang muda dan generasi muda lebih merujuk kepada landasan biologikal, sedangkan “pemuda” merujuk kepada landasan sosial budaya dan politik. Orang muda biasanya di kaitkan dengan rentang usia biologis, yang berusia antara 18 sampai 40 tahun, di luar usia itu seseorang tidak lagi disebut berusia muda.
Sedangkan pemuda dilihat dari konsep sosial, budaya dan politik. Dalam konteks ini, pemuda dilihat sebagai generasi yang memiliki idealisme, matang dari segi emosi dan sikap,enerjik dan produktif. Dalam sejarah perjuangan, kepeloporan pemuda 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998 terbukti mampu memerdekakan, manjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan juga sebagai penggerak gerakan reformasi dari kungkungan rezim otoritarianisme Orde Baru. Catatan sejarah inilah yang membuat keyakinan, bahwa kepeloporan pemuda akan selalu mewarnai dinamika kepemimpinan bangsa di masa depan.
Keterpurukan Politisi Muda
Namun kepeloporan pemuda di dalam sejarah, berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini . Kasus penggelapan pajak yang dilakukan Gayus Tambunan dan mega skandal Korupsi proyek pusat Olah Raga Hambalang yang diduga melibatkan Anas Urbaningrum seakan mematahkan harapan ini. Apalagi Anas Urbaningrum, adalah tokoh muda yang diharapkan menjadi calon Presiden alternatif pada pilpres 2014 nanti. Harapan tersebut bukan tanpa alasan, karena Anas Urbaningrum adalah Ketua Umum Partai Demokrat, pemenang pemilu 2009 lalu. kisah keterpurukan politisi muda, juga pernah menimpa Al Amin Nur Nasuton, anggota DPR RI dari Fraksi PPP dan Zulkifli Somad mantan ketua DPRD Kota Jambi, di samping kisah lainnya yang tidak terekam oleh media.
Kisah Gayus Tambunan dan Anas Urbaningrum, adalah potret tindakan melanggar hukum yang dilakukan pemuda, di samping kasus penyalahgunaan narkoba, dan perilaku kriminal lainnya.
Sumber Masalah
Banyak faktor yang menjadi pemicu tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan pemuda, di antaranya, pertama; Krisis karakter. krisis karakter terjadi karena sistem pendidikan kita yang lebih memberdayakan kecerdasan intelektual, namun mengabaikan kecerdasan emosi dan spiritual peserta didik. Padahal karakter terkait dengan pembentukan sikap dan perilaku jujur, mandiri, kreatif dan rasa bertanggung jawab . Krisis ini makin di perparah, karena rangking prestasi bisa didapatkan melalui transaksi dan pemberian hadiah. Pengalaman seperti inilah yang mempengaruhi cara berfikir pemuda dan terbawa kedalam profesi yang digeluti. sehingga kompetisi perbutan jabatan bukan dilandaskan faktor prestasi, namun faktor suap dan gratifikasi.
Kedua; Budaya menerabas. Konsep ini dirumuskan Koentjaraningrat untuk menjelaskan perilaku menerabas, mengambil jalan pintas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, termasuk mendapatkan jabatan. Ketiga; Gaya Hidup komsumtik dan hedonistik,yang membuat biaya hidup makin tinggi, yang tidak mampu lagi ditopang oleh pendapatan resmi dari profesi yang digelutinya,sehinga menggoda pemuda mencari sumber pendapatan lain, dan tentunya dengan menghalalkan segala cara. Keempat; Budaya setor dan upeti. Sudah menjadi rahasia umum, uang pelicin sering menjadi pertimbangan utama dalam rekruitmen dan promosi pegawai, serta penentuan nomor urut calon anggota legislatif.
Potret Parpol dan Prilaku Pemilih
Kelemahan partai politik di Indonesia adalah lemahnya sistem kaderisasii, yang akhirnya membuat partai politik mengalami kesulitan dalam merekrut calon anggota legislatif , yang akhirnya direkrut dari luar partai politik. Rekruitmen calon dari luar ini biasanya harus memiliki modal finansial yang kuat.
Bila di amat, sebagian besar caleg yang berasal dari pemuda banyak yang belum dikenal kiprahnya di masyarakat, termasuk minimnya pengalaman didunia politik. Rekruitmen yang terkesan instan dan karbitan inilah, yang membuat banyak caleg muda tidak percaya diri dan mandiri ketika bersosialisasi di masyarakat. Faktanya,banyak baliho caleg muda dilatar belakangi foto foto para tokoh yang pernah menjadi pejabat atau tokoh partai politik.
Persoalan ini makin di perparah melihat prilaku pemilih yang cenderung pragmatis, yang memilih berdasarkan apa yang diberikan sang calon kepada dirinya, bukan berdasarkan kemampuan dan integritas sang calon. Maka sering kita mendengar masyarakat berkata “ berapa yang saya dapatkan bila saya memilih anda “wani piro”. Latar belakang calon dan perilaku pemilih seperti inilah, yang mempengaruhi hasil pemilu 2014.
Kepeloporan dan Agenda Perubahan
Pasca reformasi, banyak pemuda potensial yang aktif diberbagai organisasi kepemudaan, LSM dan elemen gerakann yang tidak tertarik berkarir sebagai politisi, karena pesimis melihat budaya poltik yang tidak kondusif sebagai media memperjuangkan idealisme. Sementara pemuda yang menjadi calon anggota legislatif, mayoritas tersandera oleh keserakahan kekuasaan kaum tua yang bergaya berjuasi. Dari kondisi ini, kita pesimis, pemilu 2014 dan anggota DPR yang terpilih dari kalangan muda, akan bisa membawa agenda perubahan, sebagaimana kepeloporan pemuda di era sebelumnya. Butuh waktu beberapa dekade kedepan, kepeloporan pemuda sebagai agen perubahan terwujud kembali, semoga.
*Dosen Fak, Ushuluddin IAIN STS JAMBI dan Wakil korrdinator KOPERTAIS WIL. 13 Jambi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar