Oleh: Dr. Elita Rahmi, S. H., M. H.*
Kala banyak pejabat melakukan “open house” . Blusukan versi Joko Widodo yang menginspirasi banyak pejabat publik. Fasha memilih cara lain yakni menyerap inspirasi. Bedanya, open house dan Blusukan dilakukan oleh pejabat yang telah syah secara de facto dan de jure. Fasha menyerap inspirasi kala belum syah jadi Walikota ( aneh tapi jenius), secara hukum fasha adalah Walikota secara de Facto, hasil Pemilukada Kota jambi 2013( akan dilantik 4 November 2013). Secara de Facto dan De jure Fasha akan jadi Walikota setelah di lantik oleh Mendagri Cq Gubernur Jambi.
Pejabat yang mendekat ke rakyat pemilihnya adalah esensi kepemimpinan ke depan, bukankah orang yang memilih jadi pejabat sesungguhnya tengah mewakafkan kehidupan pribadi untuk orang lain, agar rakyatnya sejahtera. Bagaimana caranya pejabat berpikir, bertindak dan bekerja bukan untuk pribadi, kelompok tertentu tetapi untuk rakyat di wilayah kerjanya. Istilah hukumnya mengatur (regulen)dan mengurus (berturen) agar rumah tangga daerah mandiri secara ekonomi maupun non ekonomi.
Open house (pencitraan) sekalipun zadul (zaman dulu), mengapa ? open house tiada lain tren di era orde baru, open house hidup jaya masa gaya kepemimpinan feodal (zaman Soeharto), umumnya open house tidak memaknai kepemimpinan ala kerakyatan (civil society), open house di rumah dinas dan dengan uang dinas yang datangpun kepala-kepala dinas. Posisi rakyat yang tidak yang mengalami kemiskinan struktural, melarat struktural sama sekali jauh dari bahan diskusi. Model open house hingga sekarang masih terus berlangsung pada pejabat-pejabat negeri yang belum bermetamorposisi.
Hadirnya Jakowi di tengah-tengah rakyat meminta maaf kepada publik makan makanan rakyat bersama rakyat (sama sekali tidak ditakuti Jakowi-ada racun atau sebagainya). Semua menjadi tren baru, yang selama ini tidak terpikirkan oleh pejabat kebanyakan. Jakowi pantas dan layak menjadi model kepemiminan publik yang sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia.
Fasha Mencari Inspirasi
Model baru kepemimpinan juga dimunculkan Fasha calon walikota Jambi. Sekalipun ini gaya cara yang belum lazim dilakukan, karena belum pejabat de jure, namun harapan ke arah perbaikan pemerintahan sepertinya ada. Pra bekerja sebagai Walikota penting dan menentukan.
Istilh dalam penelitian adalah survei sebelum riset dilakukan menjadi indikator penting dalam mengambilan keputusan untuk berpikir bagaimana cara terbaik melaksanakan otonomi pemerintahan kota Jambi.
Yang esensi dari kepemimpinan tiada lain adalah ide dan perbuatan yang bisa mempengaruhi prilaku orang lain. Kata kuncinya adalah pengaruh (influence), dapatkah Fasha dalam tenggang mencari inspirasi yang dilakukan fasha menjadi ide dan perbuatan bagi aparat pemda kota Jambi untuk bekerja makmisal dan kreatif dalam pemerintahan Kota Jambi Era Fasha.
Mencari Inspirasi ke instansi pemerintahan, dan ketengah-tengah masyarakat korban kebakaran yang dilakukan fasha pra kepemimpinan, menunjukkan itikad baik ke arah good governand. Menempatkan pejabat publik yang ahli di bidangnya menjadi kata kunci menempatkan fasha layak atau tidak meneruskan kepemimpinan kota bahkan provinsi tahap selanjutnya.
Rakyat sudah terlalu bosan dengan kepemimpinan pura-pura pinter, pura-pura berwibawa dan pura-pura cerdas, menghambur-hamburkan uang rakyat hanya untuk golongan tertentu, partai tertentu. Tidak ada rasa malu pada rakyat sedikitpun.
Ahok wakil Gubernur DKI berhasil menata Tanah Abang yang di dalamnya sarat dengan berbagai jenis preman. Tantangan , Fasha dan Abdullah sani untuk sukses menata Angso Duo. Ditunggu gebrakan Fasha? .
*Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi, Anggota PELANTA
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-open-house-blusukan-menyerap-aspirasi-ala-fasha.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar