Nisaul Fadillah, M.Si. |
Oleh: Nisaul Fadillah, M. Si.*
Hasil perhitungan KPU Kota Jambi berdasarkan formulir C1 menunjukkan keunggulan jumlah suara pada pasangan Fasha- Abdullah Sani (FAS). Walaupun kemenangan tersebut hanya berselisih pada hitungan tidak lebih dari 1 persen dibandingkan pesaing kuatnya pasangan Sum Indra-Maulana (Simpatik), namun tentu cukup untuk menunjukkan kekuatan bahwa pasangan tersebut unggul dibandingkan pasangan-pasangan lainnya.
Ketika tulisan ini dikirimkan, sudah bisa dipastikan tidak ada gugatan yang masuk ke Mahkamah Konstitusi terkait dengan kecurangan dalam pelaksanaan Pilwako tersebut, itu artinya bahwa secara terbuka semua pasangan telah mengakui kemenangan suara FAS, sekalipun sebelumnya tim lainnya terutama Simpatik pernah menolak menandatangi berita acara pleno penetapan hasil akhir tersebut. Namun pada akhirnya membatalkan niat mengajukan gugatannya dan menerima hasil yang ada.
Semangat Jokowisasi
Sekalipun pelaksanaan inti pilwako Jambi 2013 sudah selesai, namun masih menyisakan cerita dalam perjalananya, terutama kentalnya persaingan dalam merebut Kursi nomor 1 Kota Jambi 2013 ini. Banyak cara dilakukan oleh para pasangan calon untuk menarik simpati dari masyarakat, antara lain menghadirkan figur-figur atau tokoh berkualitas sebagai back up pasangan tersebut.
Figur tersebut terutama adalah orang-orang yang memiliki popularitas dan memiliki pengaruh serta tentunya memiliki image yang positif di tengah masyarakat. Salah satu figur yang dimaksud adalah Jokowi, seorang gubernur DKI yang menjadi tren kepemimpinan nasional masa depan. Seorang pemimpin yang biasa blusukan ke selokan, perkampungan kumuh, korban bencana untuk mendengar jeritan masyarakatnya. Seorang pemimpin yang memiliki solidaritas sosial yang tinggi yang berani memecahkan tradisi birokrasi yang lamban, formal dan syarat KKN.
Pasangan Sum Indra dan Maulana rupanya lebih jeli dalam melihat pesona Jokowi dengan baju kotak-kotaknya sehingga baju kotak-kotak itupun menjadi ikon Simpatik.
Baju kotak-kotak ini kerap dipakai dalam beberapa kali kampanye Simpatik dan bahkan menjadi foto dalam surat suara pilwako sebagaimana Jokowi mempopulerkannya dalam Pilgub DKI.
Tidak ingin pesona Jokowi singgah ke pasangan lain, pasangan FAS pun merebut pesona Jokowi dengan memampangkan pose super besarnya Jokowi yang diapit oleh pasangan FAS, mengenakan kemeja kasual putih sambil menunjukkan 3 jari khas anak muda. Foto ini menyampaikan kesan yang kuat bahwa sebenarnya Jokowi lebih tepat adalah milik FAS kerena Jokowi didukung oleh partai yang sama, bukan untuk pasangan lainnya, termasuk pasangan Simpatik.
Bukan Pesona Biasa
Entahlah apakah 'kehadiran' Jokowi yang muncul di akhir kampanye ini yang mendongkrak popularitas FAS (walaupun tipis) dibandingkan dengan Simpatik. Namun lebih dari itu, pesona yang 'dijual' oleh dua pasang peserta pilwako ini bukan main-main, karena tren kepemimpinan Jokowi sudah menjadi mimpi dalam masyarakat. Jokowi adalah simbol kepemimpinan yang egaliter, peka dengan masalah sosial dan berani trun lansung ke lapangan (blusukan). Ia tidak segan-segan menyingsingkan lengan baju, melepaskan sepatu, masuk selokan, melihat, merasakan dan mengambil tindakan yang pro kepada masyarakat.
Jika pesan ini yang ingin disampaikan oleh pasangan FAS selaku pemenang, maka bersiaplah melakukan kerja keras dan perubahan, karena masyarakat Kota Jambi sudah muak dengan politik pencitraan ataupun kepemimpinan yang elitis, bergaya hidup hedonis, dan tidak sensitif dengan kebutuhan masyarakat kecil.
*Dosen IAIN STS Jambi, anggota Pelanta
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-pesona-jokowi-dalam-pilwako-jambi.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar