Jasril Josan |
Cagar alam di Kabupaten Kerinci memiliki lebih banyak prospek untuk bisa dikembangkan sebagai lokasi wisata. Pengembangan dunia pariwisata di daerah Kerinci sering kali luput dari perhatian Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Provinsi, alhasil perkembangan wisata terabaikan dan tidak berkembang. Alangkah disayangkan potensi alam yang membahana di Kebupaten Kerinci jika dikelola secara baik dapat berpotensi menjadi sumber PAD yang cukup besar, pasalnya di Kabupaten Kerinci sendiri masih banyak terdapat wisata yang alamiah. Ironisnya hal tersebut diabaikan oleh pemerintah setempat, seakan-akan pemerintah daerah “menunggu ajal” untuk Pariwisata di Kabupaten Kerinci.
Sejumlah lokasi wisata pariwisata di Kabupaten Kerinci sampai saat ini dari hari ke hari kian terpuruk, hal ini disebabkan pemerintah sangat tidak peduli terhadap pariwisata itu sendiri. Naasnya beberapa minggu yang lalu di beberapa media cetak maupun online memberitakan tentang danau Kerinci masuk dalam katogori danau kritis akibat pendangkalan, di kutip dari detik.com (18/4) tercatat 15 danau di Indonesia yang menggalami pendangkalan. Antara lain : Danau Toba, Danau Kerinci, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Rawa Besar, Danau Rawa Pening, Danau Batur, Danau Tondano, Danau Limoto, Danau Poso, Danau Tempe, Danau Matano, Danau Sentarum, Danau Semayang dan Danau Sentani.
Sungguh miris ketika kita mengetahui bahwa Danau Kerinci masuk dalam kandidat danau yang dalam kategori kritis akibat pendangkalan. Bahkan di balik itu pemerintah Kabupaten Kerinci sendiri seakan lepas tangan bahkan menyalahkan kalau Danau Kerinci dibawah pengawasan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI. Seharusnya pihak Pemerintah Kabupaten Kerinci harus lebih aktif atau tahu lebih cepat di bandingkan dengan yang lain.
Belajar dari permasalahan tersebut hendaknya pemerintah Kabupaten Kerinci mulai introspeksi serta menyusun strategi baru, hal ini bertujuan untuk menghidupkan kembali panaroma yang menakjukkan di bumi Sakti Alam Kerinci. Beberapa catatan dari penulis, antara lain :
Pertama, menata ulang kembali tim pengelola. Hal ini di lakukan supaya pihak yang telah di tunjuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Andaikata pelaksananya pengelolaan masih mereka-mereka yang aktif saat ini kemungkinan kejadiaannya akan lebih parah lagi. Tidak mustahil adanya prospek pembangunan yang mandul ini, telah di manfaatkan beberapa oknum yang berkepentingan lain.
Kedua, merombak kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Menjadi catatan lapor merah ketika Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMDK). Pelaksanaan festival yang memakan anggaran Rp.600 juta lebih, dalam pelaksanaannya sangat tidak berkesan pada masyarakat Kabuapaten Kerinci khususnya. Bisa kita lihat tingkat antusias masyarakat berkurang atau sudah mulai menunjukkan sikap kebosanan, yang mana jumlah pedagang yang masih mendominasi jika dibandingkan dengan pengunjung selama pestival tersebut berlangsung. Dalam artian tidak perlu lagi di lakukan kalaupun kegiatannya hanya itu-itu saja.
Ketiga, Mengundang investor asing untuk bekerja sama dalam mengelola wisata adalah solusi terbaik untuk bisa menata kembali beberapa obyek wisata Kabupaten Kerinci yang saat ini hampir punah. Pemerintah hendaknya berani tampil muka jika pada dasarnya tidak mampu untuk mengelola obyek pariwisata itu sendiri.
Keempat, menggunakan anggaran sebaik mungkin. Bisa kita lihat tahun belakangan ini tidak ada pembangan yang berarti yang dilakukan. Dapat kita lihat dalam 5 tahun terakhir ini hanya ada pembangunan pagar di sekeliling obyek wisata danau Kerinci yang andai kita kalkulasikan memakan anggaran yang brilian. Pertanyaan mendasar pada benak masyarakat pada dikemanakan anggaran pariwisata yang lain ?
Kelima, pembangunan infra struktur jalan menjadi prioritas utama dalam mendukung pengembangan pariwisata di wilayah itu, agar nilai jualnya dapat disejajarkan dengan lokasi pariwisata di provinsi lainnya.
Pembangunan daerah wisata di Kabupaten Kerinci sudah seharusnya di tata ulang kembali agar apa yang menjadi cita-cita masyarakat Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi dapat terwujud. Sungguh bukan uang yang sedikit untuk memajukan industri pariwisata ini. Hendaknya ada langkah yang objektif yang dilakukan untuk mengambil tindakan agar kedepannya lebih baik.
Tidak hanya berfikir untuk 5 tahun selama menjabat, tidak berfikir hanya untuk kepentingan sebatas masa jabatan saja. Akan tetapi hendaklah berpikir dan buat rencana jangka panjang pembangunan dan pengembangan pariwisata nasional. Dengan publikasikan dan implementasikan secara berkala. Dimana publikasi maka masyarakat dapat ikut berperan aktif mengawasi sekaligus mempersiapkan diri. Pengelolaan pariwisata sehat lahir bathin sudah saatnya di mulailah dari sekarang. Pemerintah berpikir dan bertindak cerdas dan bijak, hendaknya kita bisa menghargai kekayaan alam yang telah diberikan kepada kita semua sebagai satu bangsa dan Negara. Bukan hanya membangun, namun juga merawat dan melestarikan.
*Mahasiswa FKIP Universitas Jambi, Anggota PELANTA
Tidak ada komentar :
Posting Komentar