Dra. Irina Safitri |
Kehidupan modern memiliki wajah ganda, ia tidak hanya menawarkan rasionalitas, efektivitas dan beragamnya identitas karena canggih teknologi dan pesatnya informasi. Tetapi juga melunturkan mitos, melupakan akar akar tradisi, identitas budaya dan agama, gencarnya informasi modern tentang konsep konsep citra perempuan misalnya, secara halus telah tertancapkan dalam diri perempuan.
Perempuan modern selalu diidentikkan dengan perempuan yang berpenampilan modis, gaul, lincah, mandiri, ekspresif, berpendidikan dan netral dari ikatan adat dan agama. Bila perempuan tidak memenuhi standar standar tersebut, maka ia belum di anggap modern, masih tradisional, konservatif dan terbelakang.
Sementara itu perempuan para IBU di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini mayoritas memeluk Islam, selalu memekarkan budaya religius, santun, sopan, penurut, menjaga kehormatannya, mereka seakan berdiri di tengah dua kutub, hidup religius dan berpijak pada akar budaya sendiri, sekaligus hidup secara modern, rasional, indenpenden dan mandiri.
Merumuskan sosok ideal pada kondisi ini menjadi lebih komplek. Ada banyak nilai yang harus dipenuhi. Standarpun beragam. Kacamata mata siapa?
Dari paparan di atas, ditengah keberadaan kita pada masyarakat industri dan teknologi canggih, apa yang dialami oleh banyak saudara perempuan muslimah kita ? Baik ibu rumah tangga, mulai dari istri tukang sapu jalan sampai istri pejabat tinggi, dari perempuan pedagang asongan, pembantu rumah tangga, remaja putri, seluruh perempuan muslimah, kehadiran kita dipaparan kerja perlombaan mengejar karir atau hanya karena tekanan ekonomi, haruslah diakui akibat dari hal tersebut diatas disadari atau tidak timbul kegelisahan jiwa. Keteguhan identitas diri yang berlandaskan agama adalah hal yang sangat penting. Perempuan Muslima haruslah terus menerus mencarger diri, menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, mengenal dengan pasti konsep diri sehingga paling tidak kita bisa menemukan jati diri kita sesungguhnya.
Potensi seorang Ibu memang banyak, selain mengurus keluarga dan membantu ekonomi keluarga para IBU mampu pula menjadi penggerak umat, para IBU dengan kekuatan spiritualnya mengaji dan berDZIKIR untuk mengkajinya dan membuahkan pikiran yang berkualitas.Itulah dasar UMMAHAT di dirikan, memperdalam ilmu agama di era serba canggih sekarang tidak cukup hanya dengan mengaji dengan mendengar ceramah agama saja, menghadapi tumbuh kembang anak tidak cukup dengan ilmu mengurus anak yang di wariskan orang tua atau hanya dengan mengikuti teori keluarga sejahtera, keseimbangan DOA dan IKHTIAR, DZIKIR dan FIKIR telah saatnya menjadi menu hidup dan kehidupan.
Bagaimana PEREMPUAN MUSLIMAH JAMBI yang ada di tataran negeri yang terbentang dari puncak gunung KERINCI hingga UJUNG JABUNG berkiprah di era modern ini dan berperan nyata mewujudkan JAMBI EMAS 2015?
MUHASABAH memahami kembali " :PEREMPUAN " dan " MANUSIA " Nya.
Memahami diri dan kemanusiaan itu harus diperjelas, memahami siapa perempuan muslimah menurut wacana umum, perempuan menurut pemahaman diri sendiri, ataukah perempuan muslimah menurut ALLAH SWT .
Kalau kita sudah menyebut diri PEREMPUAN MUSLIMAH maka pilihan kita sudah jelas, kita adalah manusia yang ber-Islam kepada ALLAH SWT dan berkiprah di era modern ini berpegang teguh pada kitab Suci Al-Quran sebagai pedoman hidup.
Berdzikir secara harfiah adalah mengingat ALLAH kita melakukan nya siang dan malam, dari pengajian ke pengajian. Tetapi mampukah kita menjawab adakah lafas Dzikir itu benar benar telah terucap oleh qolbu kita? Adakah air mata ketika bersujud itu roh kita ? Sampai kapan kah kemunafikan diri ini mampu bertahan sedang waktu terus berjalan menuju sebuah janji kita untuk bertemu dngan sang pencipta ? Didalam batin kita ternyata ada khazanah yang agung melebihi kebesaran jagad semesta, kita bisa melihatnya bukan dengan mata kepala tetapi dengan matahati kita. Apa yang tampak dalam wujud fisik kita hanyalah lambang belaka dari hakikat yang ada di dalam dada. ALLAH memiliki sebuah nama yang disebut dengan Al Baathin ( yang maha batin) lalu apa hubungannya dengan nuansa batiniyah dan lahiriyah kita ? Bgaimana batin kita bisa merasakan gelap dan terang? Ada apa dengan batin kita? Tiba tiba kita menanyakan sesuatu yang selalu hadir tetapi terasa misterius...tetapi siapa yang bisa membendung kerinduan batin itu sendiri untuk hadir dalam jiwa kita dan mengenal sang penggerak batin AL BATHIIN, ALLAH TA"ALA?
Untuk membuka hakikat dibalik misteri perjalanan hidup kita lalu kita teguhkan keyakinan kita yang selama ini naik turun antara lembah ngarai puncak puncak dan jurang kehidupan butuh ILMU ( pikir ). Ilmu tak bisa dipisahkan dengan informasi tak pula dengan telaah dan amal.Orang yang berilmu adalah orang yang banyak memiliki informasi serta mampu menelaaahnya dengan baik sesuai tuntunan Islam serta mengamalkannya.
*Pendiri Komunitas Peduli Budaya Jambi (KPBJ), Anggota Pelanta
Dimuat di Opini Harian Pagi Jambi Ekspres Senin, 20 Mei 2013
Tidak ada komentar :
Posting Komentar