Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Senin, 15 September 2014

UMKM dan Ketahanan Ekonomi

Suwardi, S.E.Sy.
Oleh: Suwardi, S.E.Sy.*
Outlook Perekonomian Jambi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan meningkat. Menurut, laporan ekonomi utama tahunan ADB, Asian Development Outlook (ADO 2013) yang berisi prediksi tren ekonomi di kawasan ini, memproyeksikan bahwa Indonesia akan tumbuh sebesar 6,4% di 2013 dan melaju ke level 6,6% di 2014, yang merupakan angka pertumbuhan tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Selain dari sektor konsumsi, pertumbuhan perekonomian Indonesia juga dari investasi yang mengalami peningkatan menjadi 9,8% pada 2012, yang didorong oleh membaiknya iklim investasi, rekor pertumbuhan ekonomi yang kuat beberapa tahun terakhir, dan peningkatan kredit. Sebagai hasilnya, rasio investasi terhadap PDB meningkat menjadi 33,2% dalam periode setidaknya 20 tahun terakhir.
Begitu juga halnya dengan kondisi perekonomian Propinsi Jambi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Wilayah Jambi. Perekonomian Jambi pada Triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 1,74% (qtq) atau 6,93% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 2,74% (qtq) atau 7,87% (yoy)), namun masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,72% yoy).

Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp22,86 triliun atau 1,15% dari perekonomian Indonesia (Rp1.987,53 triliun) dan merupakan yang ketiga terendah di Sumatera. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2013 tercatat sebesar 7,88% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (7,44% (yoy)). Sementara PDRB Provinsi Jambi pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp85,56 triliun.

Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV-2013 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,77%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,04% dan sektor sekunder sebesar 17,19%.

Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian disebabkan oleh net ekspor yang mengalami perlambatan sebesar -5,18% (qtq), namun demikian pertumbuhan komponen permintaan lainnya mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jambi tetap berada pada angka yang cukup tinggi terutama pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 23,75% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya realisasi proyek Pemerintah di akhir tahun 2013.

Secara tahunan, masih relatif tingginya tingkat pertumbuhan utamanya disebabkan oleh PMTB yang mampu tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 14,07% (yoy), meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (15,30% yoy). Kinerja ekspor barang dan jasa juga relatif lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang mengalami pertumbuhan negatif, dengan tumbuh sebesar 2,08% (yoy). Sementara itu, perlambatan ekonomi tercermin pada melambatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan pengeluaran konsumsi pemerintah.

Sedangkan, kinerja ekspor luar negeri Jambi pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 11,44% dari sebelumnya sebesar USD 1.290,82 juta pada tahun 2012 menjadi USD 1.143,21 juta. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan nilai ekspor minyak dan lemak nabati, ekspor batubara dan briket serta karet mentah masing-masing sebesar 37,75%, 32,53% dan 13,40%.

Sektor lain yang mengalami peningkatan cukup besar pada triwulan laporan adalah sektor industri pengolahan (3,28% qtq) dan sektor bangunan (2,80% qtq). Pertumbuhan ekonomi tahunan pada tahun 2013 utamanya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,24% (yoy)), sektor pertanian (7,41% (yoy)) serta sektor bangunan (20,73% (yoy)).

Samisake, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat mempengaruhi kondisi pembangunan secara umum di Propinsi Jambi. Baik pembangunan fisik maupun non fisik, peningkatan kesejahteraan dan juga menahan laju pertumbuhan penduduk miskin yang menjadi common enemy pemerintah, baik pusat maupun daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah yang tinggi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran dan menghapuskan kemiskinan.

Sebagaimana kita mafhumi bersama, jika pemerintah Prop. Jambi telah menggelontorkan dana sebesar Rp. 24,45 miliar sebagai bantuan kepada 4.890  usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui program samisake. Yang diharapkan dari program ini adalah mampu menekan tingkat pengangguran terbuka (TPT) hingga 2,50 persen atau berkisar 39,3 ribu orang. Serta didominasi oleh pengangguran berlatar pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 6000 orang pertahun.

Kenapa menganggur?
Menurut Richard G. Lipsey dkk. (dalam buku “Economics 10th ed.”, 1997: 39) menjelaskan, bahwa pengangguran adalah barang buruk “bad” sosial seperti halnya keluaran merupakan barang baik “good” sosial. Orang yang menganggur adalah orang yang mau dan mampu bekerja tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan.

Masih menurut Lipsey, Pengangguran pun merupakan sumber daya berharga yang potensi keluarannya tersia-sia. Pasangan fisik pengangguran adalah senjang resesi—potensi PDB yang tidak jadi dihasilkan. Keadaan demikian akan berpengaruh juga pada Pendapatan Nasional. Bila pendapatan nasional berubah, maka volume kesempatan kerja (semployment) dan volume pengangguran (Unemployment) juga berubah. Angka pengangguran memang berfluktuasi dari tahun ke tahun, karena perubahan pada angkatan kerja tidak persis diimbangi oleh perubahan pada kesempatan kerja.

Ada beragam alasan kenapa para lulusan sarjana menganggur. Alasan pertama adalah apa yang dinamakan dengan pengangguran siklis yaitu orang menganggur terpaksa (involuntarily unemployed). Golongan lulusan sarjana ini ingin bekerja dengan tingkat upah yang berlaku, tetapi sayangnya pekerjaan tidak tersedia. Bisa dikatakan juga sarjana ini termasuk yang pilih-pilih kerja. Boleh saja ia memfilterisasi pekerjaan sesuai skill dan kapabelitas keilmuannya. Tetapi kalau terlalu lama menunggu, maka akan terjadi dekonstruksi terhadap kesarjanaanya di area publik. Pengangguran siklis merupakan tantangan bagi teori ekonomi mikro.

Yang kedua adalah pengangguran friksional yang diakibatkan oleh perputaran (turnover) normal  tenaga kerja. Orang-orang muda (fresh graduetion) yang memasuki angkatan kerja dan mencari pekerjaan. Tanpa diikuti dengan skill yanng mumpuni atau pengalaman kerja yang tidak memadai, sehingga kalah dalam kompetisi kerja. Akibatnya para sarjana muda tersebut merupakan sumber penting pengangguran friksional. Ataupun dengan para sarjana yang keluar dari pekerjaannya merupakan sumber yang lainnya.

Kenapa UKM?
Pengamat ekonomi dari Universitas Waseda Jepang Shojiro Urata menyatakan  sector usa mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia berperan besar dalam perekonomian. Peranan penting UMKM Lainnya adalah sebagai penggerak dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2008 UMKM telah menyerap tenaga verja sebanyak 91,72 juta jiwa. Peran UMKM dalam kontribusinya terhadap neraca pembayaran telah menyeimbangkan penerimaan dari ekspor sebesar Rp. 14,28 triliun pada tahun 2008. Sehingga, tahun 2005 silam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan 2005 sebagai Tahun Keuangan Mikro Indonesia (TKMI).

Data dan Fakta Empiris
Sesuai dengan data yang disusun BPS bersama Kementrian Koperasi dan UKM, indikator makro UKM pada tahun 2003 adalah sebagai berikut: Pertama, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM ) dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Peranannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha.

Kedua, Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Besaran PDB yang diciptakan UKM tahun 2003 mencapai Rp. 1.013,5 triliun (56,7% dari total PDB Nasional) dengan perincian 41,1% berasal dari UK dan 15,6% dari UM. Pada tahun 2000, sumbangan UKM baru mencapai 54,5% terhadap total PDB Nasional berasal dari UK (39,7%) dan UM (14,8%). (3) Jumlah unit UKM pada tahun 2003 adalah 42,4 juta, naik 9,5% dibanding tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UKM pada tahun 2003 tercatat 79 juta pekerja, lebih tinggi 8,6 juta pekerja dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja. Berarti selama periode 2000-20003 meningkat sebesar 12,2% atau rata-rata 4,1% per tahun.

Ketiga, Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2001 bergerak lebih cepat daripada total PDB Nasional dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 3,8% tahun 2001, 4,1% tahun 2002, kemudian 4,6% tahun 2003. Kelima,Sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibanding sumbangan pertumbuhan dari Usaha Besar. Pada thaun 2000 dari 4,9% pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,8%-nya berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, pada tahun 2003, dari 4,1% pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,4% di antaranya berasal dari pertumbuhan UKM.

Apabila data-data tersebut di atas yang merupakan data pada tahun 2001 – 2003 terlihat jelas kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dan apabila kita bandingkan dengan data tahun terakhir Per akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto 59,08 persen. Kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 juta orang.

Oleh karena itu, sejatinya program samisake dalam wujud pemberdayaan UMKM masyarakat Jambi selayaknya ditingkatkan anggarannya dan UMKM Jambi benar-benar diberdayakan, agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Regional Jambi yang signifikan dan bisa berkontribusi terhadap pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Ala kuli hal, penulis hanya bisa berharap program tersebut dapat berhasil menekan laju pertumbuhan pengangguran di Propinsi Jambi yang akhirnya akan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Wassalam

*Pendiri  FISTaC (Forum for Studies of Islamic Thought and Civilization) sebagai Wakil Direktur dan Peneliti Ekonomi, Sosial – Budaya.

Sumber: http://jambiekspres.co.id/berita-17873-umkm-dan-ketahanan-ekonomi.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2