Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Jumat, 11 Juli 2014

Hegemoni Tiongkok

Sony Gusti Anasta
Oleh: Sony Gusti Anasta*
Tiongkok setelah resmi merubah nama internasionalnya dari RRC, menjadi salah satu negara dengan ancaman paling nyata didunia. Baik itu dibidang ekonomi, politik, bahkan miiter sekalipun. Untuk negara macam Indonesia yang punya pasar potensial dibidang ekonomi menarik untuk duduk dan mengikuti irama sesekali mencuri kesempatan dari interaksi negara adidaya tersebut. Apalagi belakangan politik luar negeri Tiongkok dengan sukses menyuil kuping AS dan beberapa negara adidaya lainnya.
Kehadiran nama besar Tiongkok dipastikan membuat takut negara-negara maju didunia, terutama AS, Korea, Jepang, Rusia, Prancis dan lain-lain. Saat ini Tiongkok sedang merangsek naik berusaha menggeser hegemoni AS dalam percaturan politik dunia. AS tidak tinggal diam, aset timur tengah dan beberapa negara di kawasan Asia tenggara kalau tidak diperhatikan secara seksama bisa saja akan main mata, dan bersembunyi di bawah ketek Tiongkok. 2013 lalu, Tiongkok menyabet predikat dunia dengan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar didunia. Dalam kancah internasional, pertumbuhan ekonomi yang besar merupakan kunci untuk menaklukan pasar di dunia.

Peluang di DK PBBHal ini membuat Gap yang besar diantara negara anggota tetap DK (DK) PBB. 3 negara anggota tetap DK lainnya; Prancis, Inggris, dan Rusia tentu akan mematok sikap dalam menentukan mitra politik luar negerinya. Inggris akan secara mentah menolak untuk mendukung Tiongkok dalam setiap keputusannya, karena bagaimanapun AS dan Inggris adalah saudara jauh. Kita mungkin ingat dulu, ketika inggris melalui Tony Blair mendukung mati-matian gempuran AS ke Iraq untuk menggulingkan pemerintahan otoriter, si tangan besi Saddam Husein. ‘States’ dan ‘Kingdom’ yang menyertai ‘United’ akan membuat duet maut negara maju ini akan terhegemoni sampai waktu yang cukup lama.

Keberhasilan Tiongkok dalam menyusun bidak catur politik didunia akan disambut hangat oleh Rusia sebagai rival abadi AS. Paling tidak rusia akan diam-diam mengamati perkembangan politik luar negeri AS dan Tiongkok. Rusia akan berpotensi besar memanfaatkan peluang yang didapat, saat konflik AS dan Tiongkok meruncing. Kendati dalam beberapa pandangan, Rusia selalu bertentangan dengan kebijakan Tiongkok.

Beda Rusia, beda pula dengan negara pusat mode didunia. Prancis akan diterpa kegalauan tingkat dewa. Ibaratkan pemilu, maka posisi Prancis saat ini sebagai swing voters, yang belum menentukan pilihan kemana akan berlabuh. Satu dekade yang lalu terbukti prancis selalu menepuki setiap keputusan AS. Bukan tidak mungkin, ketika negara-negara berkembang, tempat aset Prancis berserakan mulai menyoraki mendukung Tiongkok akan membuka pintu hati Prancis untuk melirik negeri bambu tersebut.

Hal ini tentunya membuka peluang besar bagi Tiongkok-Asean untuk berkiprah dalam Politik-Ekonomi di negara-negara dunia, apalagi badai ekonomi tengah meluluh lantakkan pondasi ekonomi negara-negara maju di Eropa. Negara negara Asean yang Pro-Tiongkok bisa membaca peluang kemana akan ber-manuver.

Hegemoni Tiongkok khususnya dalam posisinya di PBB akan mengancam hegemoni AS. Setidaknya Tiongkok memiliki andil yang cukup untuk membuat tenang kondisi dunia, khususnya di timur tengah saat ini.

Hegemoni Hambatan

Beberapa negara anggota tetap Dewan Kemanan PBB sebelumnya  terlihat seperti mengacau di beberapa negara, seperti ulah Rusia di Ukraina, terutama di Crimea. Atau ulah AS saat menyerbu iraq, yang katanya untuk menjatuhkan rezim Saddam Husein. Padahal banyak pihak meyakini, usaha AS saat itu tak lebih untuk menguasai sumber daya minyak di Iraq, sekaligus membuat pangkalan militer di timur tengah, demi memantau dan menyemangati anak emasnya, Israel.

Memang kalau sudah begitu mau apalagi. Siapa yang mampu melawannya. Kata Jhon Austin, kaum Positivis dari Inggris, “Hukum Internaional adalah suatu etika yang hanya mempunyai kekuatan moral belaka,” tidak ada hukuman yang berasal dari lembaga formal untuk menghukum negara yang menyalahi segala sumber hukum internasional. Oleh karenanya, mandiri dan tidak tergantung pada negara lain adalah syarat pokok bagi suatu negara untuk berkiprah di kancah politik dunia. Termasuk untuk memandulkan keputusan negara lain yang dianggap bertentangan dengan kepentingan negara tersebut. Bisa jadi, PBB lewat keputusan DK pun juga akan dimentahkan oleh Hak Veto negara anggota tetap DK. Paling tidak kekuatan baru di dunia, Tiongkok akan lebih elegan dalam mengimbangi hegemoni AS dan Rusia dalam problem politik di dunia.

Akhirnya kita menyadari bersama, bahwa sengketa laut Tiongkok Selatan (dulu laut cina selatan) yang melibatkan beberapa negara Asean seperti, Fhiliphina, Malaysia dan Vietnam pada dasarnya bukan bermaksud untuk me-murkai Manila dan Kuala Lumpur, atau membuat Hanoi kalang-kabut.

Tersirat saya menangkap, sikap Tiongkok adalah sebuah ekspresi diri untuk menunjukkan eksistensi dirinya kepada Dunia terutama AS bahwa kekuatan baru akan mulai mendominasi dunia, dimulai dari kawasan asia tenggara. Karena seperti yang diketahui, areal claim Tiongkok merupakan perairan yang menjadi tanggung jawab armada VII AS yang beroperasi dari Diego Garcia di Samudra Hindia, hingga Guma di samudra Fasifik. Secara global, AS bertanggung jawab penuh untuk menjamin adanya kebebasan bernavigasi di area tersebut. Apalagi setelah beberapa kapal Tiongkok dan Vietnam sudah berani tumbur-tumburan di laut yang menjadi tanggung jawabnya.

*Gubernur BEM FH UNJA, serta Analis Hukum dan Politik.
Sumber: http://jambiekspres.co.id/berita-17410-hegemoni-tiongkok.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2