Oleh: Dedi Arizal, S.E.*
Operasi pasar bertujuan untuk mengendalikan pergerakan harga akibat tingginya permintaan, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Tujuan yang sangat luar biasa mulianya ini terkadang hanya kamuflase. karena tujuan ini tidak bisa dicapai dan hanya sebatas mimpi belaka.Menjelang bulan suci Ramadhan hampir setiap daerah di Provinsi Jambi menggelar operasi pasar, namun masyarakat tetap berteriak karena tingginya harga kebutuhan pokok.
Operasi yang rutin dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri ini selalu menjadi langkah yang diandalkan pemerintah untuk membantu masyarakat. Sejauh mana efektivitasnya untuk menyetabilkan harga kebutuhan pokok di pasar? Apakah ada jaminan ketika operasi pasar digelar, harga kebutuhan pokok beringsut turun? Padahal, operasi pasar hanya dilakukan di beberapa wilayah. Selain itu, operasi pasar hanya untuk komoditas tertentu seperti minyak goreng dan beras. Sedangkan di lapangan, kenaikan harga tak hanya pada kedua komoditas tersebut, tapi bisa saja untuk telur dan daging. Operasi pasar bertujuan untuk mengendalikan pergerakan harga akibat tingginya permintaan, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Tujuan yang sangat luar biasa mulianya ini terkadang hanya kamuflase. karena tujuan ini tidak bisa dicapai dan hanya sebatas mimpi belaka.Menjelang bulan suci Ramadhan hampir setiap daerah di Provinsi Jambi menggelar operasi pasar, namun masyarakat tetap berteriak karena tingginya harga kebutuhan pokok.
Dari berbagai media bisa kita lihat persoalan pasar yang timbul menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, seperti ketika harga telur naik semua pihak panik, namun langkah tepat yang harus dilakukan bukanlah bertindak untuk menurunkan harga telur, melainkan memperbaiki distribusi telur di pasar, sehingga antara kebutuhan dan stok seimbang. Karena kenaikan harga bisa dipicu ketidakseimbangan stok dan permintaan.
Tradisi kenaikan harga pada Ramadhan dan Idul Fitri inilah yang harus menjadi beban dan tanggung kita bersama, pemerintah yang bergerak cepat untuk menyetabilkan harga sedangkan masyarakat juga harus berperan dengan memosisikan diri untuk tidak mengikuti pola hidup konsumtif.
Pola hidup konsumtif masyarakat sangat mempengaruhi tinggi permintaan dan melambungnya harga kebutuhan pokok jelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Pemerintah vs Pedagang Nakal Pemerintah harus memastikan ketersediaan kebutuhan pokok di pasaran. Apabila kebutuhan pokok tersebut diyakini memiliki stok yang banyak dan tidak mengalami kelangkaan, maka kenaikan harga dipastikan karena ulah para pedagang.
Pedagang nakal inilah yang mau tidak mau harus segera ditindak oleh pemerintah. Jangan sampai terkesan pemerintah selalu membiarkan pedagang nakal menikmati keuntungan dengan mecekik masyarakat pada momentum-momentum tertentu.
Jika dari waktu ke waktu, kenaikan harga menjalang Ramadhan dan Idul Fitri selalu dipandang remeh, maka kebiasaan ini akan selalu terjadi dari tahun ke tahun. Yang dirugikan tetap masyarakat kecil yang tidak berdaya memenuhi kebutuhannya.
Maka, penindakan terhadap pedagang nakal sudah selayaknya dilakukan oleh pemerintah, memperbaiki sistem distribusi dan sistem jual beli. Penulis menilai memberi sanksi terhadap pengepul jauh lebih efektif untuk menyetabilkan harga daripada operasi pasar.
Operasi pasar yang menelan biaya yang tidak sedikit terkezan mubazir, bahkan ada kesan yang timbul membuang anggaran untuk kepentingan sesaat. Tentu akan jauh lebih baik bertindak efektif tapi untuk tujuan yang berkesinambungan.
Sebuah harapan, pemerintah tidak terjebak pada kegiatan rutin bernama operasi pasar. Jika memang langkah ini dirasa tak efektif untuk menyetabilkan harga komoditas di pasar, untuk apa diteruskan.
Namun, apabila operasi pasar dirasa efektif untuk membantu masyarakat tingkat bawah mendapatkan harga murah, mungkin bisa satu kali digelar pada saat yang tepat. Tapi tetap harus diimbangi dengan langkah tegas pemerintah untuk menyetabilkan harga, seperti halnya memperbaiki distribusi barang sehingga antara permintaan dan stok seimbang.
Imbas Kenaikan Harga Bahan Pokok
Siapa yang paling merasakan imbas dari kenaikan bahan pokok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri? Tentu saja jawabannya adalah masyarakat kecil atau masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah.
Mereka yang terkadang memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan harga normal saja masih kelimpungan. Apalagi ditambah dengan kenaikan harga, dipastikan membuat kehidupan mereka semakin terancam.
Apabila pemerintah tidak jeli dalam persoalan yang satu ini, maka sama saja pemerintah membiarkan masyarakat kecil tercekik setiap momentum menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Masyarakat kecil sangat berharap peran ekstra pemerintah untuk mampu menyetabilkan harga barang kebutuhan pokok setiap saat, demi kelangsungan hidup mereka.
Masyarakat kecil harusnya tidak terlalu khawatir dengan stok yang kebutuhan pokok sehingga berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya dalam jumlah yang banyak. Bahkan tidak sedikit masyarakat kecil yang dengan sekuat tenaga, tidak jarang ada yang rela meminjamkan sejumlah uang demi memenuhi kebutuhannya di bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
Tentu efeknya akan membayar piutang dari pinjaman tersebut. Hitung-hitungan seperti ini harus dilihat oleh masyarakat secara keseluruhan, agar pasca Idul Fitri, masyarakat tidak terjerat hutang. Semoga harga-harga kebutuhan pokok di Jambi bisa teratasi, demi masyarakat kecil.
*Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Unja.
Dimuat di Opini Harian Pagi Jambi Independent, Senin, 30 Juni 2014
Tidak ada komentar :
Posting Komentar