Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Selasa, 08 April 2014

Masa Depan Pemilu dan Pemilih Muda

Wenny Ira Reverawati, S.I.P., M.Hum.
Oleh: Wenny Ira Reverawati, S.I.P., M.Hum.*

Mekanisme pemilihan umum menjadi syarat dalam sistem politik demokrasi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang mendapatkan legitimasi dari tangan rakyat berdaulat diatasnya. Oleh karena itu, pemilihan umum menentukan masa depan keberlangsungan pemerintahan suatu negara yang menganut sistem politik demokrasi. Peta kekuasaan yang akan menjalankan roda pemerintahan akan terlihat pada jalannya sekaligus hasil akhir pemilihan umum.
Demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan pada tangan orang banyak, mensyaratkan partisipasi tangan-tangan tersebut untuk mewujudkan terselenggaranya pemilihan umum dan terbentuknya pemerintahan yang didukung oleh legitimasi syah berdasarkan pilihan orang banyak tersebut. Prosesi demokrasi seperti ini dikultuskan setiap lima tahun sekali yang secara tidak sadar berdampak pada masa depan sebuah pemerintahan dan kehidupan ekologinya sepanjang sepuluh tahun.
 
Kultus demokrasi dalam pemilihan umum maka sangat bergantung kepada pilihan suara yang terkumpul dengan azas suara terbanyak tersebut. Dalam hal ini, pemilih menjadi penentu nasibnya sendiri terhadap kekuasaan bernama negara dengan pemerintahannya yang akan mengatur seluruh aspek kehidupannya dari kelahiran hingga kematian, dari apa yang menjadi hajatnya, hingga kebutuhan primer-sekundernya. Pemilih sekaligus juga menentukan masa depan keberlangsungan pemilihan umum yang digelar, dalam tataran kualitas, eksistensi, yang berdampak sistemik kepada kehidupan sosial-politik bersama, tidak hanya pada dirinya, tetapi juga menyangkut keluarga, kerabat, rekan dan seluruh jaringan serta afiliasi kehidupannya.
 
Menjadi pemilih ibarat konsumen yang mengirim pesanan produk-produk apa nantinya yang bakal dikonsumsi dan digunakan bagi hidupnya setelah pemilihan umum dalam jangka sepuluh tahun (bukan lima tahun). Pemilih menjadi titik sentral keseimbangan kultus demokrasi pemilihan umum. Bagaimana perilaku pemilih terhadap pemilihan umum, pemahamannya, kerelaannya menyalurkan partisipasinya, pengetahuan, logika politik, dasar tindakan, dan itikadnya secara keseluruhan terhadap pemilihan umum, menjadi dasar wujud pemilihan umum dan hasilnya nanti.
 
Pemilih muda merupakan satu bentuk perhatian tersendiri dalam berbagai kultus demokrasi pemilihan umum yang diselenggarakan di berbagai belahan dunia, termasuk juga di Indonesia. Keberadaannya dalam jumlah yang melebihi pemilih lainnya merupakan sasaran empuk program-program politik terkait pemilihan umum. Citra pemilih muda yang dinamis, menjadi ajang perebutan partai politik bersama calon legislatifnya untuk mendulang suara. Ditangan pemilih muda inilah sepertinya harapan masa depan kehidupan berbangsa yang berkualitas dalam rangkaian pemilihan umum yang sangat menentukan digenggamkan. 
 
Ada berbagai ancaman terhadap eksistensi kultus demokrasi pemilihan umum yang sangat mengkhawatirkan. Diantaranya adalah Golong putih dengan berbagai paham dan alasan, politik uang dan kembarannya yaitu politik transaksional, tingkat kepercayaan yang terindikasi semakin menurun terhadap lembaga politik penyokong demokrasi juga terhadap pemerintahan yang sedang berjalan. Ancaman ini terasa semakin mengganggu sejak kurun reformasi memperkenalkan pemilihan umum yang lebih demokratis dengan segala ornamennya.
 
Menghadapi ancaman tersebut, perlu upaya pembenahan dari segala aspek, termasuk kepada aspek pemilih. Jika aspek lainnya sangat sulit diharapkan untuk cepat dapat berubah, maka sekarang banyak yang berasumsi bahwa jalan termudah lebih dahulu adalah membenahi dan membekali pemilih muda yang masih awam pengetahuan dan pengalaman politiknya. Pembenahan dan pembekalan kepada pemilih muda ini diharapkan dapat menjadi investasi bagi pembangunan politik dan eksistensi pemilihan umum kedepan dan selamanya.
 
Menjadikan pemilih muda yang cerdas, berkualitas, merupakan harapan bersama yang ditekankan bagi terwujudnya masa depan pemilihan umum di negara ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membentuk pemilih muda yang demikian, terutama usaha keras dari gerakan pemberdayaan yang ada dimasyarakat. Menjadi sebuah penantian yang harap-harap cemas terhadap pemilih muda agar tidak apatis terhadap proses politik pemilihan umum.
 
Untuk itu, sepertinya kita akan berlomba dengan banjir bandang media dan informasi berbasis tekhnologi yang menjadi bagian hidup tak terpisahkan pada pemilih muda. Ini sekaligus menjadi referensi pertama mereka. Saat ini, tidak ada informasi yang dapat disembunyikan entah itu kebenaran ataupun keburukannya. Sekaligus juga tidak ada informasi yang tidak dapat dimanipulasi. Pemilih muda tentunya akan terefleksi dari seberapa jauh mereka terseret arus banjir bandang informasi ini, dan sedalam apa mereka menyerap kadar informasi yang muncul kepermukaan. Faktanya beberapa tahun terakhir ini, informasi mengenai politik dan pemerintahan yang membanjir kepermukaan kebanyakan dari sisi negatifnya dalam contoh-contoh amoral, pelanggaran etika, gaya hidup hedonisme, korupsi, kegagalan manajemen pemerintahan. Celakanya, informasi tersebut ditampilkan dalam kemasan yang mendangkalkan pikiran pemilih muda terutama bagi yang belum berpengalaman sama sekali dan belum cukup memahaminya.
 
Oleh karena itu, menurut penulis, pemilih muda yang cerdas dan berkualitas akan terbentuk jika mereka dibekali pemahaman ideologis terhadap proses politik yang sedang berlangsung juga lembaga politik yang ada. Pemahaman ideologis ini akan membentuk idealisme mereka terhadap sikap dan orientasi politiknya, sehingga mereka tidak menjadi galau dalam menyalurkan aspirasi dan partisipasi politiknya. Partai politik sangat berperan menanamkan kepada mereka aspek-aspek ideologis beserta nilai-nilainya, menumbuhkan kesadaran terhadap proses politik yang berlangsung, sekaligus juga kewajiban sebagai manusia politis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi dengan syarat bahwa ini dilakukan secara berkesinambungan tidak terputus pada saat menjelang pemilihan umum saja. Bagaimana partai politik melakukan upaya pendekatan secara ideologi politik kepada pemilih muda, membangun indoktrinasi yang sepaket dengan membangun kepercayaan politik, karena selama ini upaya partai politik dalam hal ini sangat jarang dilakukan, disebabkan kesibukan dan prioritas partai politik kepada pencitraan dan upaya menggalang modal.
 
Pendekatan ideologis partai politik kepada pemilih muda ini jika dapat terlaksana dengan baik dibanding dengan hanya memberikan pengarahan tata cara memperlakukan kertas suara semata, setidaknya akan memberikan satu gambaran kepada mereka, bahwa prosesi pemilihan umum merupakan sesuatu yang serius bagi masa depan kehidupan bersama.
 
Dimuat di  Opini Harian Pagi Jambi Independent, Senin, 7 April 2014.
Sumber: http://homosocialpoliticus.blogspot.com/2014/04/masa-depan-pemilu-dan-pemilih-muda.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2