Oleh: Abd.Mukti, S.Ag.*
Mungkin sudah terlalu sering kita mendengar kata Ukhuwah Islamiyah. Bahkan tidak sedikit di antara kita yang sudah lelah untuk membicarakannya lagi, sebab selama ini ukhuwah Islamiyah seolah-olah hanya menjadi sebuah dambaan yang kita tidak tahu kapan hal itu akan tercapai.
Realita membuktikan bahwasanya, keadaan ukhuwah di antara anggota masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim saat ini sudah sangat memprihatinkan. Sebagian kita tidak lagi mempedulikan keadaan saudaranya seiman, atau tidak merasa perlu untuk mengurusi dan membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang sedang menghimpitnya.
Hanya karena masalah sepele sering dapat menimbulkan konflik berkepanjangan antar sesama bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Karena masalah jabatan atau pilkada sering menimbulkan konflik horizontal sesama warga, sehingga dapat menimbulkan kondisi wilayah yang tidak kondusif.
Bahkan,celakanya lagi karena menjalankan perintah atasan atau pesanan Negara Asing, aparat tega menembaki mati saudara seiman yang masih diduga teroris. Aparat yang juga banyak yang Muslim itu seolah-olah mereka seperti ‘malaikat pencabut nyawa’. Padahal, saudara-saudara yang ‘didor’ itu statusnya baru diduga, belum tersangka, belum terdakwa dan belum terhukum. Yang seharusnya dibuktikan melalaui peradilan apakah mereka terbukti sebagai teroris atau bukan. Tapi, faktanya mereka langsung dilumpuhkan dengan senjata api.
Menurut catatan Komnas HAM, sudah 117 orang tewas ditangan Densus 88 Polri. Mereka diklaim oleh Densus sebagai teroris. Tak satupun non Muslim. Semuanya Muslim. Belakangan ada yang salah tembak dan tak dikenal jatidirinya.(Media umat, edisi17-30 Januari 2014).
Aksi-aksi aparat ini mendapat puja-puji pihak asing. Namun disisi lain, kekejaman mereka pun bisa menimbulkan dendam di kalangan keluarga atau orang dekat korban, bahkan orang lain sama sekali.Untuk itu.
Sikap aparat pemerintah yang demikian, adalah sikap aparat yang tidak mengenal nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Hanya karena menjalankan tugas,mereka berbuat gegabah menghilangkan nyawa saudaranya sendiri.Mereka tidak merasa atau tidak tahu bahwa tindakannya itu selain melanggar HAM dan melanggar hukum pemerintah,juga dosa besar yang akan dipertanggung jawabkan di hari akhir nanti.
Tidakkah kita ingat akan firman Allah (artinya): “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksa yang amat berat.” (QS.Ali Imran: 105).Dan juga firman Allah (artinya): “Dan janganlah kalian berbantah-bantah, yang menyebabkan kalian gagal dan hilang kekuatan.” (QS.Al Anfal: 46).
Makna Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan atas dasar ajaran Islam, baik sesama umat Islam, maupun dengan non Islam. Ukhuwah Islamiyah sangat luas dan luwes seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Untuk itu, kita perlu memahami makna ukhuwah Islamiyah sebagai motivator untuk menjalin ikatan ukhuwah sesama umat Islam khususnya dan sesama manusia pada umumnya.
Ukhuwah Islamiyah adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari setengah abad.
Sekarang ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
Kedudukan Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman: “…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103). “…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103).
Selain nikmat Allah, ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati. Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim).
Dengan ukhuwah, sesama mukmin akan saling menopang dan menguatkan, menjadi satu umat yang kuat. Rasulullah Saw. Bersabda: “Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).
Adapun hubungannya dengan iman, ukhuwah diikat oleh iman dan taqwa. Sebaliknya, iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10).” Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiyah memiliki banyak sekali keutamaan. Pertama, dengan ukhuwah kita bisa merasakan manisnya iman. Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
Kedua, dengan ukhuwah kita akan berada di bawah naungan cinta Allah dan dilindungi dibawah Arsy-Nya. Di akhirat Allah berfirman: “Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Imam Muslim). Rasulullah Saw. bersabda: “Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Imam Muslim).
Ketiga, dengan ukhuwah Islamiyah kita akan menjadi ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi). Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat).
Keempat, bersaudara karena Allah adalah amal mulia yang akan mendekatkan seorang hamba dengan Allah. Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri).
Kelima, dengan ukhuwah dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda: “Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if).
Jika nilai-nilai semangat ber-ukhuwah Islamiyah kita tanamkan dalam diri setiap orang, insya Allah tidak akan ditemukan apa yang selama ini menjadi penyakit umat, yaitu ‘perpecahan dan konflik yang berkepanjangan antar sesama umat’. Dan, pada gilirannya kita akan dapat mewujudkan Islam sebagai ‘rahmatan lil’alamin’. Semoga.
*Pemerhati Sosial Keagamaan Berdomisili di Kuala Tungkal Tanjabbar.
Sumber: http://www.jambiupdate.com/artikel-ukhuwah-islamiyah_2.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar