Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Minggu, 03 November 2013

Ketika Kecantikan Berbuah Petaka

Oleh: Abd. Mukti, S. Ag.*
Menjadi perempuan cantik memang beruntung.Banyak kemudahan ia dapatkan. Di sekolah jadi bintang, di kantor jadi perhatian, dan di lingkungan disebut kembang, hingga banyak dikerubuti ‘kumbang’. Bermodal kecantikan, pekerjaan segera didapat, jabatan mudah digenggam dan jodoh antre mendekat. Itulah keberuntungan ‘makhluk Tuhan’ yang dianugrahi paras cantik.

Namun, siapa sangka, kecantikan juga bisa berujung petaka. Seperti yang belakangan ini menghiasi media massa. Entah kebetulan atau tidak, banyak perempuan cantik menjadi korban kekerasan, bahkan pembunuhan.

Belum hilang ingatan kita, bagaimana kecantikan Sisca Yofie menjadi buah bibir, justru ketika ia ditemukan telah tewas bersimbah darah. Kendati penjambret yang mengaku membunuhnya, misteri dibalik kisah hidupnya terus dikulik. Lalu seorang mahasiswi Bina Nusantara (Binus) yang terpaksa menanggung cacat seumur hidup gara-gara disiram air keras mantan pacarnya. Pasti ia tak mengira, pria yang pernah dicintainya, ternyata begitu kejam.

Tak kalah nelangsa kisah nahas Holly Angela yang juga dibayar dengan nyawa. Menjadi isteri seorang pejabat tinggi berkantong tebal, justru berujung petaka baginya. Sosok yang dicintainya ternyata serigala berbulu domba.

Tentu, bukan salah para perempuan itu jika dianugrahi wajah cantik itu adalah anugrah ilahi. Bukan pinta mereka pula jika kemudian menjadi korban kejahatan. Meski di luar sana masih banyak perempuan—yang kebetulan tidak cantik—juga menjadi korban kriminalitas, namun ini peringatan bagi para perempuan, terutama yang cantik rupa.
Rawan Jadi Korban

Banyaknya perempuan cantik menjadi korban kejahatan, hendaknya menjadi momentum introspeksi bagi para perempuan (yang merasa cantik) agar tak terlalu mendewakan kecantikan. Apalah arti kesempurnaan wajah dan fisik di dunia, jika hanya memperbesar peluang datangnya petaka.

Walaupun memang kejahatan tak pandang bulu terhadap korbannya. Cantik atau tidak, jika penjahat sudah kesetanan, semua bisa jadi korban. Tapi, kali ini digarisbawahi khusus untuk perempuan cantik, karena memang rawan menjadi korban.
Mengapa ?

Tanpa bermaksud menyalahkan para korban seperti tersebut diatas, memang hal yang tak bisa dipungkiri jika kecantikan perempuan menjadi daya pikat banyak hal. Apalagi jika kecantikan itu diumbar dan dipertontonkan.

Perempuan cantik hampir selalu menjadi pusat perhatian.Banyak yang mendambakan untuk memilikinya, tapi sebaliknya tak sedikit yang iri dengki atas kecantikannya. Banyak yang ingin mendekat menjadi teman atau kekasih, tapi tak sedikit yang menganggapnya pesaing atau bahkan musuh. Apalagi sistem sekuler-kapitalis yang diterapkan saat ini sangat mendewakan kecantikan. Ini karena perempuan sudah didoktrin dengan pemikiran bahwa modal cantik akan membawa dirinya mewujudkan segala impian.

Kalau mau sukses dalam kehidupan ini, baik dalam karier maupun rumah tangga, harus cantik. Apalagi jika terkait dengan harta, kebahagiaan materialisme hanya akan terwujud jika cantik. Bukankah syarat mendapat pekerjaan bagi perempuan haruslah 'berpenampilan menarik?’. Demikian pula dalam mendapatkan suami. Semua mafhum, para lelaki berkantong tebal hanya akan royal kepada perempuan cantik. Mana mau ia menikahi janda-janda miskin dan jelek lagi parasnya, jika pada saat yang sama masih banyak perempuan—baik perawan maupun janda—yang cantik.

Para pria pun seolah memanfaatkan kelemahan para wanita ini, iming-iming materi sukses menaklukkan para perempuan dalam pelukan. Kalau sudah tidak diharapkan, dengan mudahnya disakiti dan bahkan ‘ditendang’. Tak heran bila semakin banyak perempuan cantik namun ujung-ujungnya tak bernasib seindah parasnya.
Lindungi Kecantikan

Cantik itu anugerah. Tidak cantik juga anugerah. Semua memiliki peluang untuk menjadi korban kejahatan.Namun akan memperkecil peluang itu jika kecantikan tidak diumbar. Islam melindungi kecantikan itu dalam bingkai syariah. Caranya, dengan mensyukuri apapun pemberian Allah SWT atas wajah dan fisiknya.

Jalankan semua perintah Allah SWT sebagai wujud rasa syukur seorang hamba. Seperti mengenakan busana muslimah, tidak tabarruj, tidak berlenggak-lenggok yang menarik perhatian, tidak mengenakan busana menyerupai pria, tidak memakai wewangian yang memalingkan kaum adam. Firman Allah SWT :”Dan janganlah mereka (para wanita) menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya”.QS.An-Nur : 31. Dan firman-Nya lagi :  “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, putri-putrimu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.QS.Al-Ahzab : 59.

Mensyukuri ketidakcantikan, sama wajibnya dengan mensyukuri kecantikan. Syukur inilah yang membedakan iman seorang perempuan, khususnya Muslimah. Bagi Muslimah, kecantikan bukanlah kail untuk mewujudkan segala impian. Seperti merengkuh kepopuleran, mencari materi sebanyak-banyaknya atau sekadar menggaet pria berkantong tebal.

Islam melarang seorang perempuan untuk memanfaatkan kecantikannya dalam meraih target dan tujuan. Semisal menjadikan modal kemolekan tubuhnya untuk bekerja. Lebih dari itu, bagi seorang Muslimah, kecantikan bukan segalanya. Seorang Muslimah sadar betul bahwa pembeda dirinya dihadapan Allah SWT hanyalah keimanan dan ketakwaannya. Dengan berusaha terus mendekatkan diri pada Allah SWT, semoga seorang Muslimah tak menjadi korban kejahatan.
Tegakkan Islam

Kejahatan pada perempuan harus dihentikan. Hukuman berat wajib ditegakkan. Jaminan keamanan harus diberikan pada kaum hawa ini oleh negara. Perempuan butuh keamanan dan kenyamanan dalam menjalankan segala aktifitasnya.

Baik ia berwajah biasa atau cantik, semua memiliki hak yang sama. Bahkan tak hanya perempuan, juga seluruh warga negara. Semua hanya bisa dijamin oleh negara yang menerapkan sistem Islam. Sistem sekuler saat ini, terbukti gagal menjamin keamanan dan kenyamanan warga negaranya, terutama perempuan.

*Penulis adalah Pemerhati Sosial Keagamaan

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2