Untuk bank data Pelanta bisa dilihat di www.data-pelanta.blogspot.com. Data tersebut akan terus diperbaharui

Kamis, 22 Agustus 2013

Membungkam Suara Tuhan

Suwardi, S. E. Sy.
Oleh : Suwardi*
Save Egypt. Pray for Egypt. Demikian media cetak dan elektronik memberikan headline-nya. Bahkan tidak ketinggalan status pada media sosial berupa Facebook hingga Blackberry Massanger, turut menyuarakan hal sama terhadap masalah yang sedang menimpa masyarakat muslim di Negeri Firaun (baca : Mesir) beberapa waktu terakhir, berupa pembunuhan, pembantaian, penindasan dan pembakaran terhadap jiwa-jiwa Muslim Mesir.

Rasa mual di perut saya seakan mendorong isi lambung saya untuk memuntahkan segala yang telah dimakan, saat melihat bagaimana militer mesir pimpinan Jenderal As-Sisi yang  dalam jumlah sangat besar, menyerang para pengunjuk rasa damai dari kalangan Ikhwanul muslimin dengan senjata serang massal, helikopter dan kendaraan lapis baja, berbaris membentuk formasi untuk menyerbu masyarakat muslim yang menentang kudeta militer mesir terhadap Presiden terpilih Moh. Moursi.

 Saya tidak habis mengerti siapa kiranya Junta Militer Mesir tersebut, apakah mereka memang sengaja dibentuk dan dilatih untuk berperang melawan rakyatnya sendiri? Rasanya dunia ini seperti mau kiamat pada waktu melihat media online menayangkan bagaimana para jamaah shalat shubuh yang diserang dengan senjata pembunuh massal, kepala mereka bersarang peluru militer, tubuh mereka terlindas dengan tank-tank lapis baja, mayat jamaah Ikhwanul Muslimin terbakar, al – Quran dibakar. Tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk mengekspresikan adegan tersebut selain kata biadab, barbar, fasis, firaunisis.

Kenapa kebiadaban tingkah laku Junta Militer Mesir sangat membabi buta terhadap rakyat Muslim Mesir yang berafiliasi terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin ? bukankah Presiden yang digulingkan oleh Militer Mesir merupakan Presiden terpilih dalam pemilu Demokratis sepanjang sejarah Politik Mesir ?

IM dan Moursi Satu Ancaman
Presiden Moursi, yang terpilih sebagai Presiden secara demokratis sepanjang sejarah politik Mesir, sejatinya memiliki banyak prestasi yang telah diraih olehnya meski baru menjabat Presiden beberapa waktu lamanya. Dalam kebijakan politik ekonomi Presiden Moursi melakukan reformasi guna menuju swasembada pangan Mesir. Bagaimana tidak, pada era Mubarak 90 % impor dari AS, maka Moursi melakukan langkah nyata dengan membangun jalan darat Mesir-Sudan. Jarak tempuh yang biasanya 3 hari, menjadi hanya  hitungan jam. Manfaatnya dirasakan nyata, Moursi dapat mengendalikan harga daging sapi dan gandum, dan mengalihkan impor yang dikuasai mafia-mafia Barat dengan mengimpor sapi dan Gandum dari sudan.

Untuk kemampuan militer, Moursi menjalin hubungan dengan China, Brazil, Turki, Iran, dan Rusia. Kondisi yang demikian inilah disinyalir oleh banyak kalangan pengamat politik Timur Tengah menimbulkan kemurkaan Gedung Putih terhadap pemerintahan Moursi. Untuk Politik Luar Negeri bahkan, Presiden Moursi secara terang-terangan mendukung Kemerdekaan Palestina.

Kondisi yang demikian inilah menimbulkan spekulasi jika Moursi tetap terus memimpin Mesir akan ada upaya Islamisasi di Kawasan Teluk dan Timur Tengah secara menyeluruh dan sudah pasti akan menghancurkan politik Israel Raya dan negara-negara sekuler Barat selaku sekutu abadi Israel Kawasan tersebut.

Pernyataan tersebut di atas sebagaimana yang diungkap oleh Menachem Begin and Sadat for Strategic Studies, sebuah lembaga thing tank di bawah Bar-Ilan University - BIU. Universitas terkemuka rangking 2 di Israel, mengeluarkan hasil riset yang menegaskan bahwa Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan "ancaman terbesar" bagi Israel, dari seluruh jamaah politik-idiologis di dunia Arab maupun dunia Islam.

Penelitian tersebut berjudul; "Ikhwanul Muslimin dan Tantangan Perdamaian antara Mesir dan Israel." Diajukan oleh Orientalis Israel Dr. Lead Burot. Isi dari penelitian tersebut adalah: Ikhwanul Muslimin organisasi yang misi operasi perjuangannya adalah: (1) Menentang politik hegemoni AS dan Israel, (2) Memperkuat perang bersenjata melawan Israel dan memihak perlawanan Palestina. Terbukti peran Presiden Moursi dalam perang "Pillar of Cloud" tanggal 14 November 2012. Saat itu Israel menyerang Gaza dan ditentang keras Presiden Moursi dengan orasi heroisnya, (3) Menjadi payung politik bagi gerakan perlawanan, khususnya gerakan HAMAS, (4) Menggerakkan spirit juang sejarah masa lalu untuk memompa semangat melawan dan menghancurkan Israel dan merancang strategi menculik tentara Israel, (4) Peran Ikhwanul Muslimin yang tegas-tegas dan konsisten menjadikan masalah Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha sebagai fokus perjuangan. Hal yang menyulitkan terbukanya komunikasi untuk bargaining dan memperhalus politik persaingan, (5) Menentang keras dan melawan perjanjian perdamaian dengan Israel, (6) Berambisi menciptakan situasi-kondisi di masa depan, yang dapat membatalkan perjanjian Camp David.

Tak ayal, keberhasilan kudeta dan insiden pembantaian oleh Militer Mesir terhadap pendukung Presiden Moursi banyak kalangan yang menutup mata, bahkan Raja Arab Saudi pun turut serta mendukung Rezim Militer untuk menggulingkan Moursi. Sebagaimana diketahui oleh dunia internasional jika  Raja Arab Saudi Abdullah al - Suud merupakan sekutu dekat mantan presiden Hosni Mubarak dan secara sejarah memiliki hubungan yang sulit dengan Ikhwanul Muslimin selaku pengusung mantan presiden Mohamad Mursi yang digulingkan militer Mesir. Bahkan, setelah militer Mesir berhasil mengkudeta Mursi bulan lalu, kerajaan Arab Saudi menjanjikan bantuan senilai US$5 miliar.

Dari pembacaan kita terhadap situasi Mesir saat ini sangat jelas jika Politik dengan dasar Demokrasi Liberal yang diperjuangkan oleh Barat dengan mengkampanyekan penghapusan sistem monarki absolute, sistem kerajaan dan apapun namanya, hanyalah bagian dari pepesan kosong negeri sekuler terhadap negara-negara ketiga. Buktinya, saat ini ketika Kekuatan Islam Ikhwanul Muslimin dengan Partai FJP – nya memenangkan Pemilu Presiden dengan mengantarkan Moursi sebagai Tampuk kekuasaan tertinggi Mesir, banyak dalih dan cara negara Barat bersama sekutu untuk menggulingkannya dengan dalih penghapusan terorisme. Lalu bagaimana masa depan Demokrasi yang diagung-agungkan tersebut ?

Masa Depan Demokrasi Liberal
Secara sederhana pemahaman tentang demokrasi adalah tata kelola pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat sebagaimana disinggung oleh Sanford A. Lakoff dalam “Democracy: History, Theory, Practice: 1996. artinya. Aspirasi dan keinginan rakyat sangat dominant dalam corak pemerintahan demokrasi. Atau sebagian ahli mengatakan demokrasi ada di tangan rakyat atau suara rakyat suara Tuhan.
Akan tetapi teori yang hampir dijadikan sebagai Tuhan oleh sebagian kalangan elit politik Negara Barat yang Sekuler ternyata tidak berlaku bilamana Pesta Demokrasi tersebut dimenangkan oleh Kalangan Islam Aktivis yang Modernis, terlebih jika kalangan tersebut cenderung menonjolkan ideologi keislamannya dalam aktivitas politik. Seolah dalam kitab suci Demokrasi sudah diwahyukan jika kalangan Islam Haram untuk memenangkan peta politik di manapun berada (baca : FJP Mesir saat ini)

Lihat saja adagium Teroris selalu melekat pada diri dan organisasi Islam yang terus memperjuangkan hak-hak negaranya, sebut saja HAMAS yang oleh Barat dimasukkan dalam daftar hitam organisasi Teroris, sebenarnya apa yan diperjuangkan HAMAS adalah mengambil hak yang dirampas oleh Israel. Kenapa Israel tidak disebut Teroris dan Penjajah Gaya baru ? Kenapa Amerika yang membumihanguskan Irak, Afghanistan tidak disebut penjajah lagi teroris ? itu semua karena mereka takut jika kekuatan Islam kembali bangkit seperti era Dinasti Salahudin al – Ayubi.

Buya HAMKA, ulama kharismatik Indonesia yang mendunia mengatakan, “Seketika terjadi Pemilihan Umum, orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama “Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi."

Pernyataan Buya Hamka tersebut jelas, jika kekuatan Islam dalam Peta politik masih diharamkan bangkit dan berkuasa oleh Mereka yang Phobia terhadap Islam. Jika hari ini Moursi dengan Ikhwanul Musliminnya digulingkan di singgahsana kekuasaan meski berhasil dalam pemilu yang demokratis hanya karena Ikhwanul Muslimin bersama Moursi dianggap merupakan ancaman terhadap negara-negara Teluk dan Timur Tengah umumnya dengan tujuan Islamisasinya. Tidak menutup kemungkinan Demokrasi di negara-negara Islam lainnya pun akan mengancam kekuatan Partai Islam (baca : PKS dan PBB dengan Masyumi – nya di Indonesia) yang ingin berdiri memimpin negerinya sendiri.

Akhirnya, Demokrasi yang bermakna Suara Rakyat Suara Tuhan, akan dibungkam jika kelompok Islam yang menguasai dan memenangkan pesta Demokrasi dengan berbagai dalih dan tuduhan asal tujuan akhir melumpuhkan kekuatan Islam berhasil. Di akhir tulisan ini Penulis mengajak kepada umat Islam Indonesia untuk membaca doa Qunut Nazhilah bagi saudara-saudara kita di Mesir. Agar Allah swt segera mengembalikan kedaulatan dan hak-hak umat Islam yang telah dirampas oleh Militer. Semoga ...

*Wakil Direktur Forum for Studies of Islamic Thought and Civilization. Anggota PELANTA NIA. 20130729
Sumber: http://www.jambiekspres.co.id/berita-8264-membungkam-suara-tuhan.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Space 2

Space 2