Kereta api atau spoor yang merupakan adaptasi dari bahasa Belanda kata orang Jawa biasa mengucapkannya adalah salah satu moda transportasi yang sangat akrab bagi masyarakat kecil. Angkutan ini ini sudah beroperasi di Indonesia semenjak jaman Belanda hingga kini terutama di pulau Jawa dan sebagian wilayah Sumatera. Berupa rangkaian beberapa gerbong yang ditarik sebuah lokomotif berjalan di atas rel inilah kereta api berjalan sehingga bisa mengangkut ratusan bahkan ribuan orang sekaligus dari satu kota ke kota lain dengan aman, nyaman dan tentu saja tepat waktu karena bebas dari kemacetan lalu lintas, itu idealnya.
Terlepas dari cita-cita dan realita idealisme suatu moda transportasi, kereta api bisa dikatakan sukses mengangkut jutaan orang dengan dengan relatif aman jika dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya seperi bus antar kota antar propinsi misalnya.
Kesuksesan mengangkut banyak orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara aman, nyaman bebas kemacetan inilah yang menjadi inspirasi monorel. Suatu moda transportasi baru mirip kereta api dengan hanya menggunakan rel tunggal telah sukses mengatasi kemacetan di kota-kota besar dunia seperti Tokyo bahkan ibukota negara tetangga kita Malaysia yakni Kuala Lumpur telah menggunakannya. Bahkan monorel dijadikan ikon kemoderenan suatu kota karena masyarakatnya dididik untuk berdisiplin dan tentu saja tidak gagap teknologi karena kabarnya jadwal perjalanan yang sangat tepat dan menggunakan teknologi komputer untuk banyak sistem pelayanan seperti tiketing misalnya.
Di Indonesia monorel sepertinya adalah kata-kata baru bahkan teknologi baru yang sebentar lagi akan melaju membelah kemacetan ibukota Jakarta. Walaupun sudah merupakan wacana lama dan sempat dibangun tetapi mengalami kemacetan karena hantaman krisis moneter, monorel sepertinya mendapat aliran darah segar dari Gubernur Jokowi yang kabarnya segera menyelesaikan pembangunannya di tahun depan.
Di Jambi
Kota Jambi sebenarnya adalah kota yang tidak terlalu besar, tetapi mempunyai kemajuan yang sangat pesat terutama semenjak dibukanya perkebunan swasta skala besar di kabupaten-kabupaten sekelilingnya, ditemukannya pertambangan minyak, gas, batu bara, emas dan terutama terbukanya akses jalan lintas timur Sumatera yang menghubungkan kota-kota besar di Pulau Sumatera. Kemajuan ini demikian pesatnya sehingga dampaknya sekarang ini sudah mulai bisa kita rasakan bersama berupa kemacetan yang mulai cukup parah pada jam-jam tertentu di berbagai jalan. Hal ini mungkin belum terasa kita rasakan setidaknya 5 (lima) tahun kebelakang. Kemajuan yang demikian pesat apabila tidak diantisipasi dengan segera bisa dipastikan Jambi akan berubah menjadi mirip ibukota Jakarta sekarang ini dalam hal kemacetan.
Sebagai sebuah kota, Jambi saat ini sudah mempunyai moda transportasi yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota berupa oplet dan ojek. Suatu moda transportasi marginal yang tidak nyaman tetapi juga berpotensi menimbulkan kerawanan keamanan bagi penggunanya. Di media massa banyak dijumpai kecelakaan yang disebabkan oleh ugal-ugalannya sopir oplet, perampokan dan pencopetan di oplet dan ojek dan lain sebagainya.
Memang, untuk menghapus moda transportasi marginal diatas tidak mudah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak unsur yang harus dikaji terutama mengenai hajat hidup orang-orang yang menggantungkan hidup dari padanya. Apa alternatif kerja dari pemilik dan sopir oplet, pengojek, juga calo-calo terminal dan pedagang asongan yang menggantungkan hidupnya di terminal. Moda transportasi apa yang sesuai untuk menggantikan moda marginal tersebut diatas? Kita serahkan sepenuhnya kepada Walikota kita yang baru saja terpilih!
Monorel
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas sudah wajar sekiranya kota Jambi punya monorel. Suatu harapan tentu saja impian yang perlu kita pikirkan bersama terutama bagi walikota yang baru saja terpilih secara demokratis tanpa adanya tuntutan dari para pesaingnya.
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi, perkembangan panjang jalan yang lambat, pembebasan lahan untuk jalan yang sulit (kasus fly over simpang Mayang), pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, mempertahankan kota dengan tingkat keamanan yang baik, stabil dan kondusif adalah alasan utama kota Jambi punya monorel.
Jambi mempunyai monorel saat ini sepertinya memang sebuah mimpi di siang bolong, tetapi bukan tidak mungkin akan menjadi nyata apabila kita semua bahu membahu untuk mewujudkannya. Dukungan masyarakat, seluruh anggota DPRD dan tentu saja pejabat instansi terkait dan tentu saja sang pengambil keputusan Pak Walikota dan Wakil Walikota baru kita yang mampu mengiplementasikan dari suatu mimpi menjadi kenyataan.
Jadikan kota kita Jambi tercinta menjadi sebuah kota modern, aman, nyaman mempunyai monorel yang menghubungkan Kasang dengan Pusat Kota (Pasar) menuju Simpang Rimbo dan Bandara baru kita menuju Pusat Pasar. Kalau itu bisa terlaksana Kota Jambi yang identik dengan Provinsi Jambi yang terkenal dengan suku Kubu –nya tetapi juga dengan kemajuan teknologi, keamanan serta kenyamanannya.
Tugas Walikota hanya mencari sumber dana atau investor yang sanggup membangun dengan pola kerja sama yang saling menguntungkan (win-win solution) dan tentu saja memikirkan serta memberi solusi kepada pihak-pihak yang terdampak atas pembangunan monorel seperti sopir oplet dan pengojek. Ayo kita semua mewujudkan mimpi tersebut dan selamat bekerja Pak Wali dan Wakilnya yang baru...
*Penulis adalah staf pengajar Politeknik Jambi, mahasiswa MM Unbari
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-mimpi-jambi-punya-monorel.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar