Banyak orang di zaman kita ini beranggapan bahwa agama hanya merupakan program-program yang kosong dan nilai-nilai akhlak semata. Ini adalah keyakinan klasik dan salah. Pada hakikatnya, agama adalah sistem dalam kehidupan dan pergaulan. Intinya ialah hubungan dengan Allah SWT. Oleh karena itu, usaha memisahkan antara problem-problem tauhid dan perilaku manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari berarti memisahkan agama dari kehidupan dan mengubahnya menjadi adat-istiadat, tradisi-tradisi, dan acara-acara ritual yang hampa. Kisah Nabi Syu'aib menampakkan hal yang demikian secara jelas.
Dan Syu'aib berkata : "Hai kaumku, cukup kanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (QS. Hud : 85);
Kemudian dalam surat Al-Muthaffifin (Orang-orang Yang Curang Dalam Timbangan)disebutkan, 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. 4. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, 5. Pada suatu hari yang besar, 6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? 7. Sekali-kali jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. 8. Tahukah kamu Apakah sijjin itu? 9. (ialah) kitab yang bertulis.
Pada ayat pertama terdapat kalimat al muthaffifin yang berasal dari kata thaffafa artinya mengurangi atau menambah sedikit. Menurut Ibnu Kastir kalimat ath-thathfif artinya pengambilan sedikit dari timbangan atau penambahan. Maksud dari semua itu adalah kecurangan dalam timbangan. Jadi al-muthaffifiin para pelaku kecurangan tersebut. Karena itulah surat ini diberi nama Al-Muthaffifin.
Rahasia dipilihnya kalimat ini padahal arti sebenarnya sedikit adalah karena yang diambil mereka sebenarnya sedikit sekali, tetapi dosanya besar. Isi pokok surat ini adalah ancaman bagi mereka yang suka menipu dan mengambil hak orang lain, serta ancaman bagi orang-orang kafir yang suka mengejek dan menghina orang-orang beriman. Bila dihubungkan dengan surat sebelumnya, terlihat jelas adanya keterkait an makna dan kandungan : Dalam surat al-Infithar Allah menjelaskan adanya malaikat yang menjaga dan mencatat amal (perbuatan) manusia, lalu pada surat ini dijelaskan lagi tentang buku catatan tersebut. Disebutkan bahwa ada dua golongan manusia pada hari kiamat, maka dalam surat ini diuraikan lebih luas keadaan dan sifat kedua golongan manusia itu.
Oleh karena itu mari kita lihat secara ringkas kandungan surat Al-Muthaffifin sebagai berikut :
1. Ancaman Bagi Al-Muthaffifiin (1-6)
Allah memulai surat dengan suatu ancaman bagi orang–orang yang curang dalam timbangan (al-muthaffifin) dengan kalimat “wail” artinya celakalah. Suatu indikasi bahwa mereka akan mendapatkan azab yang pedih. Siapakah al-muthaffifin dan mengapa diancam demikian? Mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah dan jika mereka menimbang atau menakar mereka mengurangi. Merekalah orang-orang yang curang dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan hari kiamat, hari kebangkitan, hari yang sangat besar, hari pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat.
Wallahu a’lam bishsha-wab.
*Penulis adalah Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Provinsi Jambi
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-jangan-kurangi-timbangan-2habis.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar