Jasril Josan |
Oleh: Jasril Josan*
Konstruksi pembangunan jembatan yang di beri nama dengan “cakar ayam” yang terdapat di Kota Sungai Penuh- Jambi sudah memasuki tahap akhir atau tinggal menunggu waktu saja untuk tahap peresmiannya. Dari perencanaan tepatnya rabu (26/6) akan di resmikan, namun teriakan tentang berbagai pertanyaan sudah mulai terdengar sehingga perlu rasanya untuk di telisik kembali makna di balik pemberian nama “cakar ayam” tersebut.
Konsep pembangunan jembatan megah yang terdapat di Kota Sungai Penuh- Jambi ini, memang tidak ada yang menjadi masalah ketika pemerintah setempat mempermanenkan nama tersebut untuk menjadi nama sebuah jembatan. Namum yang akan justru menjadi tanda tanya bagi banyak kalangan kenapa harus “Cakar Ayam” yang menjadi pilihan ?
“Cakar Ayam” merupakan Jembatan yang terdapat di Kota Sungai Penuh dengan menghubungkan langsung antara Tanah Kampung dan Sungai Penuh. Jika kita menarik peristiwa sebelumnya, daerah disekitar jembatan tersebut merupakan daerah yang rawan akan terjadi genangan air, dan tidak menutup kemungkinan ketika musim hujan datang jalan ini merupakan target terjadinya banjir yang secra langsung juga akan menutup akses bagi masyarakat setempat. Dari pengamatan penulis konsep pembangunan dari jembatan ini tidak lah berupa “cakar ayam”, yang mana “cakar ayam” ini sendiri idelanya merupakan sebuah bentuk konsep pembangunan dengan menggunakan plat-plat beton yang di tancapkan dengan kedalaman tertentu (layaknya sebuah cakar) yang nantinya akan menjadi penahan kuat sebuah jembatan yang akan dibangun.
Seakan bertolak belakang dengan nama tersebut, pembangunan kontruksi jembatan ini yaitu berupa gorong-gorong sebagai penahan dibawahnya kemungkinan nantinya akan di persiapkan sebagai antisipasi jika terjadi banjir atau genangan air dalam kapasitas yang besar. Sehingga jembatan tersebut tidak terkena dampak dari banjir yang kerap terjadi kawasan ini, dengan kata lain nantinya air tersebut bisa melewati gorong-gorong tersebut.
Mengintip dan menggambil pelajaran dari Provinsi tetangga Sumatera Barat atau tepatnya Kota Padang yang lebih di kenal dengan jembatan “Siti Nurbaya”. Awalnya pemberian nama ini beranjak dari penghargaan atas novel romantis Marah Rusli yang terangkai dalam kisah kasih sosok Siti Nurbaya. Dalam karya perdana yang menampilkan masalah perkawinan dalam hubungan dengan adat ini. Kemudian pada tahun 1969, novel ini memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kota Padang mengabadikan Judul novel ini dengan membangun sebuah jembatan yang menjadi penghubung antara kota Padang dengan Bukit Gado Gado atau dikenal juga dengan bukit Sentiong.
Tidak hanya itu saja, di Provinsi Jambi tersendiri tepatnya di Kota Jambi yang lebih di kenal dengan nama “Jembatan Makalam“. Jembatan dengan panjang ± 500 meter dan lebar ± 10 meter secara langsung menjadi jembatan perhubungan masyarakat yang berada di jalan Makalam ke Simpang Kapuk jika kita melewatinya dari arah Cempaka Putih. Kata “Makalam” yang pada ceritanya diambil dari nama gubernur pertama provinsi jambi yaitu “Makalam”. Kemudian nama ini dipergunakan untuk mengenang jasa-jasa beliau pada saat lahirnya Provinsi Jambi.
Beberapa contoh di atas menggambarkan bahwa dengan kontruksi jembatan yang memang tidak begitu megah jika di bandingkan dengan banyaknya jembatan-jembatan yang lainnnya. Akan tetapi maksud dari pemberian nama jembatan tersebut jelas pada posisi sebenarnya atau memang sesuai dengan apa yang dimaksudkan hingga tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan setelahnya.
Menyimpulkan dari hal di atas, maka di pandang perlu untuk dikaji ulang sebelum di permanenkan nama “cakar ayam” ini agar tidak terjadi polemik dikemudian hari sehingga pemberian nama ini memang benar-benar permanen tanpa ada pro-kontra baik itu pemerintahan sekarang maupun pemerintahan setelahnya.
Tidak hanya itu, tak kalah pentingnnya juga bagaimana seyogyanya pemerintah juga menata konsep sebagus mungkin supaya tempat ini dapat menjadi andalan bagi masyarakat Kota Sungai Penuh maupun Kabupaten Kerinci sebagai tetangganya.
*Mahasiswa FKIP Universitas Jambi, Anggota PELANTA
Sumber: http://jambiupdate.com/artikel-kenapa-harus-%E2%80%9Ccakar-ayam%E2%80%9D-.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar