Noprizal, S.H.I. |
(Politik Kerinci Pasca Penetapan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih)
Oleh: Noprizal, S.H.I.*
Keteladanan juga dituntut dalam berpolitik, tanpa keteladanan maka tidak akan ada hikmah yang bisa diambil. Karena teladan memiliki arti sesuatu yg patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Dalam politik, para elite politik tak bisa mengelak dari keteladanan, kepada siapa lagi rakyat akan mencontoh, kalau bukan kepada pemimpin yang dipilih dari jalur politik, atau kepada wakil rakyat yang telah meminta untuk dipilih.
Rakyat akan mencontoh dan akan menagih keteladanan yang telah diberikan oleh para politikus itu sendiri. Makanya keteladanan tidak bisa dipisahkan dengan politik. Keteladanan dari tokoh politik diharapkan mampu untuk memulihkan citra negatif dunia perpolitikan di Indonesia, namun jika tidak, maka terpuruknya kepercayaan publik terhadap lembaga politik tidak bisa dihindari sama sekali, bahkan tidak menutup kemungkinan kepercayaan masyarakat akan kian merosot.
Berdasarkan survey yang dilansir oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) beberapa waktu yang lalu, tercatat ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpercayaan publik terhadap moralitas elite politik itu semakin meningkat. Di antaranya adalah elite yang tidak bisa diteladani, elite yang hipokrit dan jauh dari ajaran agama.
Menurut peneliti LSI, Rully Akbar, publik menilai tidak banyak elite atau politisi yang bisa dijadikan teladan. Sehingga, ketidakpercayaan publik terhadap elite politik semakin meningkat. Hanya sebesar 47,10 persen publik yang menyatakan bahwa para elite politik yang dapat dijadikan contoh atau teladan dalam berperilaku. Sedangkan mayoritas publik yaitu sebesar 52,10 persen, menyatakan lebih banyak elite politik yang tidak bisa dijadikan contoh atau teladan.
Selain hal itu masih ada penyebab-penyebab lain, seperti terlibat kasus korupsi, kasus amoral, namun yang tak kalah hebat adalah tak sesuainya ucapan para elite politik, sering kali tidak sesuai apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Hasil survey pun menunjukkan bahwa publik lebih banyak yang menilai ucapan elite politik tidak sesuai dengan apa yang dilakukan.
Penulis ingin lebih jauh membahas persoalan ucapan dan tindakan elite politik. Paling mutakhir adalah di Kerinci, selaku warga Jambi tentunya kita merasa sangat kecewa dan malu dengan trend politik yang saat ini diperlihatkan oleh elite politik di Kabupaten paling barat Provinsi Jambi ini. Mulai dari kecurangan yang terbukti dilakukan pada pemungutan suara hingga berujung pemungutan suara ulang di dua kecamatan atas perintah Mahkamah Konstitusi, hingga keributan yang terjadi di MK jelang pembacaan putusan hasil sengeketa Pemilukada Kerinci 23 Januari 2014 yang lalu.
Lantas apa gunanya dan apa pula pengaruhnya enam pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kerinci menandatangani ikrar Pemilu damai, berbudaya dan bermartabat pada 08 September 2013 yang lalu? Jelas dan nyata bahwa ikrar tersebut tidak diindahkan dan tidak pula menjadi acuan bagi pasangan calon yang tidak menerima hasil Pemilukada yang telah dilaksanakan ini.
Pemilu damai yang dimaksud pada ikrar tersebut bukan hanya damai pada saat pemungutan suara, melainkan juga damai pasca ditetapkan pasangan calon yang meraih suara terbanyak oleh KPU Kabupaten Kerinci, sengketa di MK, hingga Bupati dan wakil Bupati Kerinci ditetapkan oleh KPU melalui Pleno 02 Februari 2014, damai pula menghantarkan pasangan terpilih dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kerinci periode 2014-2019 pada 04 Maret 2014 mendatang.
Begitu juga dengan budaya, pemilu Kerinci yang berbudaya tentu bukan pula Pemilu yang berujung bentrok, saling bakar, saling hujat, melainkan untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan Sakti Alam Kerinci, selalu harmonis, serta menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Bermartabat juga menjadi poin yang tidak terpisahkan, pemimpin yang bermartabat dan cara yang bermartabatlah yang diinginkan oleh semua pihak agar Kerinci bisa tampil lebih maju lagi pada masa yang akan datang.
Pasca Pleno KPU Kerinci
Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kerinci yang digelar Minggu 02 Februari 2014 telah menetapkan pasangan Adi Rozal-Zainal Abidin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kerinci terpilih. Hal itu harusnya bisa diterima oleh semua pihak, apalagi oleh elite politik di Kabupaten Kerinci.
Keteladanan mengakui kekalahan atas lawan politik harus diberikan kepada masyarakat Kerinci saat ini. Kita berharap elite politik atau pasangan calon yang belum beruntung, berani memberikan keterangan yang sebenarnya kepada para pendukung, jangan memberikan pernyataan bersayap yang mengakibatkan situasi menjadi bertambah panas. Selaku elite politik, harusnya hal tersebut sudah dipahami, tapi jika belum mampu berbuat dan menerima kekalahan, maka kualitas dari sang elite masih harus dipertanyakan.
Ancaman demi ancaman terus mengemuka di Kerinci, mulai dari akan dilakukan aksi unjuk rasa besar-besaran menuntut tidak ditetapkan pasangan Adi Rozal-Zainal Abidin sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih dan ancaman-ancam lainnya. Ancaman itu diharapkan mampu diselesaikan oleh elite politik yang ada dibelakang pihak yang mencoba memperkeruh suasana, akan lebih parah kalau ancaman itu memang bertujuan untuk mengancam kestabilan pemerintahan periode 2014-2019 mendatang karena tidak puas dengan kekalahan yang dirasakan. Harusnya legowo dengan sepenuh hati dan berikanlah contoh yang baik kepada rakyat, agar rakyat tetap menganggap anda sebagai teladan yang baik pula.
Semoga Disikapi dengan Dewasa
Semua pihak harus berupaya memberikan kontribusi yang terbaik bagi terbangunnya demokrasi agar tujuan demokrasi untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bisa kita capai.
Namun sayang, kedewasaan berpolitik masih saja tidak tampak hingga saat ini, ambisi untuk meraih kekuasaan masih begitu tinggi, sehingga kita mengorbankan nilai yang ideal dari sistem demokrasi. Kita cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Demokrasi yang kita praktikkan selama ini memang tidak ubahnya seperti perlombaan panjat pinang, dengan menarik orang yang ada di atas lantas kita naik menggantikan posisinya. Akan jauh lebih parah lagi naik dengan menginjakkan kaki di bahu dan kepala rakyat, lantas naik sekehedak hati. Jangan sampai pendukung disuruh berunjuk rasa, sementara sang elit berpura-pura tidak bertanggung jawab.
Kapan berbenah?
Diakui atau tidak, sudah banyak ketertinggalan Kabupaten Kerinci saat ini, bahkan dengan kabupaten dan kota yang baru saja dimekarkanpun, Kerinci sudah tertinggal. Tidak ada alasan untuk mengelak selain mengakui ketertinggalan ini.
Jika elite masih disibukkan dengan memperjuangkan ego pribadi dari pada memikirkan nasib masyarakat Kerinci secara keseluruhan, maka kita hampir bisa memastikan ketertinggalan ini akan semakin jauh.
Bekerjasama, legowo menerima kekalahan dan siap membangun Kerinci bersama pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih dipandang lebih tepat demi Kerinci di masa yang akan datang. Semoga elite politik mampu menjadi teladan bagi masyarakat.
*Anggota KDC, Tinggal di Jambi, anggota Pelanta.
Dimuat di Opini Harian Pagi Jambi Independent, Senin, 3 Februari 2014
Tidak ada komentar :
Posting Komentar