Jasril Josan |
Catatan atas Terjadinya Tragedi Pertikaian Antar Warga di Kerinci)
Oleh: Jasril Josan*
Konflik sosial antar desa di wilayah Kabupaten Kerinci entah sampai kapan akan berakhir. Aksi saling serang antara satu desa dengan desa yang lain sungguh tak layak untuk dipertontonkan. Dengan menggunakan persenjataan lengkap seperti golok, celurit, serta benda-benda tajam lainnya, dan tidak ketinggalan bom melotov juga turut serta dijadikan sebagai kelengkapan senjata untuk saling menyerang.
Pertikaian yang dipertontonkan oleh warga di Desa Pendung Semurup Kecamatan Air Hangat dengan Desa Kemantan Agung Kecamatan Air Hangat Timur beberapa waktu yang lalu menjadi peristiwa sosial yang sangat memprihatinkan. Akibat dari pertikaian itu, sedikitnya 17 rumah di Desa Pendung Semurup Kecamatan Air Hangat hangus dibakar massa. Sementara lima rumah lainnya mengalami kerusakan parah, menyusul serangan warga Desa Kemantan Agung Kecamatan Air Hangat Timur. 101 jiwa warga Desa Pendung Semurup terpaksa mengungsi kerumah tetangga karena kehilangan tempat tinggal.
Rupanya kebrutalan dari pertikaian ini belum juga mampu dibendung oleh tokoh adat dan pemerintah daerah. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan dimana peran tokoh adta dan pemerintah daerah dalam mereda gejolak sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat, sehingga para pemuda begitu berani dengan aksi brutal ini.
Masih banyak kasus-kasus serupa lainnya yang terjadi. Senin (15/7) kemarin pertikaian pun kembali terjadi. Kali ini antara warga Desa Pulau Sangkar dengan Desa Lubuk Paku di Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci.
Ratusan warga Desa Pulau Sangkar sekitar pukul 19.00 WIB menyerbu Desa Lubuk Paku. Rumah salah seorang warga Desa Lubuk Paku sempat dilempari bom molotov oleh warga Desa Pulau Sangkar saat terjadi bentrokan antar kedua desa. Apa yang terjadi belakangan ini seyogyanya menjadi tamparan buat kita semua, terutama untuk tokoh adat maupun pemerintah Kabupaten Kerinci.
Hal yang dijelaskan di atas menjadi bukti bahwa telah terjadi dekadensi moral (kondisi moral yang merosot jatuh atau sementara mengalami kemunduran) dan hilangnya identitas diri. Yang lebih memprihatinkan lagi, kemerosotan ini terjadi berkelanjutan sehingga begitu sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnya.
Sungguh ironis kalau kita melihat kondisi seperti ini tidak mampu dikendalikan oleh tokoh adat maupun pemerintah daerah. Yang dikhawatirkan adalah bagaimana nasib Kabupaten Kerinci ke depan?
Menyikapi masalah tersebut di atas, sudah saatnya perhatian yang serius dari berbagai pihak. Mulai dari tokoh adat maupun Pemerintah Kabupaten Kerinci dan jajaran terkait.
Pemerintah daerah harus serius serta bertanggung jawab penuh atas kisruh pertikaian masyarakat yang seperti ini. Pemerintah jangan ada kesan lepas tanggung jawab dan menyerahkan sepenuhnya pada aparat kepolisian. Mestinya, pihak-pihak terkait yang lebih dekat pada masyarakatlah yang selangkah lebih maju untuk menyelesaikan perkara ataupun konflik.
Catatan untuk calon pemimpin Kerinci yang akan berlaga di Pemilukada Kerinci September 2013 mendatang secara tidak langsung pasangan calon itu pun sudah menyatakan diri siap untuk menyelesaikan permasalahan demi permasalahan yang ada dalam masyarakat Kerinci yang dijuluki “Bumi Sakti Alam Kerinci” ini. Salah satu diantaranya, yaitu menyelesaikan konflik sosial masyarakat yang semakin hari semakin meluas.
Fenomena menegangkan seperti diuraikan di atas dapatlah menjadi catatan penting bagi calon pemimpin Kabupaten Kerinci, agar Kabupaten Kerinci menjadi lebih baik dan kondisi keamanan daerah dapat tergaja jauh dari konflik. Kondisi saat ini membuktikan bahwa ada kegagalan pemerintah daerah saat ini dalam menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kekompakan antar warga masyarakat Kerinci.
Tentunya masyarakat Kerinci sudah tidak mau lagi hidup dalam kondisi seperti ini. Masyarakat Kerinci ingin hidup baru di bawah pemimpin berani, yang mampu menuntaskan persoalan demi persoalan. Bukan hanya yang mampu mengucapkan keprihatinan, tapi dicari yang mampu dan berani berbuat. Semoga terwujud.
*Mahasiswa FKIP Universitas Jambi, Anggota PELANTA
Tidak ada komentar :
Posting Komentar